Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerita Hemat dan Hijau dalam Menata Transportasi Pribadi

5 Juni 2025   18:42 Diperbarui: 5 Juni 2025   18:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan malu menggunakan transportasi umum, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Naik pesawat, kereta, atau Commuter Line? Bagi saya, ini bukan sekadar pilihan moda transportasi, melainkan bagian dari cerita panjang bagaimana saya belajar menata mobilitas pribadi dengan lebih hemat, ramah lingkungan, dan kadang penuh kejutan.

Bepergian bukan barang baru bagi saya. Sebagai pensiunan yang masih aktif menghadiri berbagai acara di Jakarta, Bandung, dan kota-kota lain, saya terbiasa bolak-balik Bintaro ke Jakarta Pusat. 

Dahulu, saya sering menggunakan mobil pribadi. Tapi lama-lama, saya merasa ada yang tak seimbang. Waktu terbuang dalam kemacetan, tenaga terkuras, dan pengeluaran bensin serta parkir tak lagi bisa ditoleransi. 

Di situlah saya mulai berpaling ke Commuter Line Jabodetabek.

Pelaju Hemat dan Efisien

Naik Commuter Line dari Bintaro ke Jakarta Pusat awalnya terasa asing. Tapi lambat laun, saya justru jatuh cinta. Jadwal yang relatif tepat waktu, tarif yang sangat terjangkau, serta ritme perjalanan yang memungkinkan saya membaca atau sekadar merenung, membuat pengalaman ini menyenangkan. 

Saya bahkan mulai hafal ritme kepadatan penumpang dan tahu kapan waktu terbaik untuk naik agar tetap nyaman.

Commuter Line mengajarkan saya satu hal: bahwa kenyamanan dan efisiensi bisa berjalan beriringan. Tak perlu kendaraan pribadi setiap waktu. Terkadang, menjadi pelaju justru membuka ruang berpikir yang tak saya dapat saat mengemudi sendiri di tengah macet.

Transit di KLIA: Trik Hemat yang Ironis

Suatu waktu, saya hendak bepergian ke Medan. Harga tiket domestik saat itu sungguh tak masuk akal. Anehnya, saat mencari alternatif, saya menemukan tiket ke Kuala Lumpur yang jauh lebih murah, bahkan jika ditambah tiket lanjutan dari KLIA ke Medan. Saya pun memilih rute tak biasa itu: transit di KLIA.

Meskipun terdengar aneh, inilah kenyataan yang saya alami. Tiket internasional bisa lebih murah daripada domestik. Dengan sedikit perhitungan, saya bisa menekan biaya transportasi hingga setengahnya. Tentu ada konsekuensi waktu, tapi bagi saya, perjalanan bukan hanya tentang cepat sampai---melainkan tentang cerdas memilih rute.

Pengalaman ini membuka mata saya bahwa transportasi hemat bukan berarti murahan, tapi tentang mencari peluang dari ketimpangan harga yang kadang tak masuk logika.

Traveling Hijau: Naik Kereta dan Menyusuri Dataran Tinggi

Pernah juga saya memilih naik kereta api ke Yogyakarta untuk melanjutkan perjalanan ke Wonosobo. Suasana kereta yang kini semakin nyaman membuat saya betah. Sesampainya di Jogja, saya lanjut naik travel bus menuju Wonosobo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun