Pada hari itu, 28 Mei 2025, sebuah berita mengejutkan menyentil perhatian pelaku ekonomi nasional. Ray Dalio---miliarder dan maestro investasi dunia---disebut batal menjadi penasihat Danantara, superholding Indonesia yang baru saja diluncurkan dengan gebyar luar biasa.
Masyarakat pun bertanya-tanya: Mengapa bisa batal? Ada apa di balik layar?
Meski CEO Danantara, Rosan Roeslani, buru-buru membantah---menyebutnya hanya miskomunikasi dan memastikan nama Dalio tetap tercantum---tetap saja kabar ini menggores sebuah pertanyaan penting: seberapa solid fondasi Danantara saat ini?
Mengenal Danantara: Ambisi Besar dalam Wadah Baru
Danantara, didirikan pada Mei 2025, adalah gabungan dari 11 BUMN besar dengan nilai aset yang konon mencapai USD 900 miliar (sekitar Rp 15.000 triliun). Ini bukan lembaga biasa. Ia digadang-gadang sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) versi Indonesia---bahkan disebut bakal jadi yang terbesar di Asia.
Tujuan resminya: menyatukan kekuatan ekonomi nasional, meningkatkan efisiensi, memperluas investasi, dan menjadi magnet bagi modal asing.
Visinya mulia. Struktur organisasi pun ditampilkan megah, bahkan menyebut sejumlah tokoh dunia sebagai penasihat, dari Ray Dalio hingga pakar global lainnya. Tapi---sebagaimana kita tahu---nama besar tidak selalu menjamin eksekusi besar.
Masalah Komunikasi, Gejala atau Sebab?
Batalnya Ray Dalio---atau setidaknya simpang-siurnya berita tersebut---menyorot satu hal yang sangat penting: ketidakteraturan dalam komunikasi publik. Bila betul terjadi miskomunikasi, itu pertanda ada celah dalam tata kelola dan transparansi di level awal.
Danantara belum lama berdiri. Tapi dalam dunia investasi, kepercayaan dibangun dari presisi dan konsistensi informasi, bukan sekadar niat baik.
Jika komunikasi sekelas pengumuman penasihat global saja bisa keliru---bagaimana nanti komunikasi soal pengelolaan dana triliunan?
Tantangan ke Depan: Lebih dari Sekadar Branding
Peluncuran Danantara dibarengi kemitraan dengan CIC dari Tiongkok. MOU sudah diteken. Tapi ini baru awalan. Dunia menanti bukan hanya janji, melainkan langkah nyata dan dampak langsung bagi rakyat Indonesia.