Pernahkah kita benar-benar duduk sejenak dan bertanya kepada diri sendiri: "Apakah aku bisa pensiun?"Â
Bagi sebagian orang, pertanyaan ini terasa ringan, bahkan tak perlu dijawab. Tapi bagi mereka yang berada dalam himpitan tanggung jawab ganda, pertanyaan ini bisa terasa seperti beban di dada---berat, sunyi, dan penuh ketidakpastian.
Merekalah yang kita kenal dengan generasi sandwich. Usia mereka bervariasi, umumnya antara 30 hingga 50 tahun.Â
Mereka tengah berada di puncak usia produktif, namun tak jarang di titik paling berat dalam hidupnya.Â
Mereka menanggung banyak hal: anak-anak yang masih membutuhkan biaya sekolah hingga kuliah, dan di saat yang sama orangtua yang telah renta dan butuh perhatian, bahkan biaya hidup.
Realitas yang Tak Selalu Nyaman
Tak semua dari kita lahir dengan kemewahan warisan atau peta finansial yang rapi. Banyak dari generasi ini memulai semuanya dari nol, kadang minus.Â
Penghasilan mereka bukan hanya untuk membangun masa depan, tapi juga untuk menambal kebutuhan hari ini dan mengisi kembali masa lalu.
Sementara itu, hidup tak pernah memberi jeda. Biaya hidup melonjak. Pendidikan anak makin mahal. Kesehatan orangtua memerlukan perhatian ekstra. Dan karier?Â
Tidak semuanya berjalan mulus, sebagian bahkan bergelut di ketidakpastian dunia kerja yang berubah cepat.
Sebuah Sudut Pandang Lain: Tak Semua Mengalami Hal yang Sama
Saya pribadi, dalam banyak hal, justru merasa tak sempat benar-benar menjadi bagian dari generasi sandwich.Â