Apakah Indonesia Menuju Jurang Krisis?
Saya terkesima membaca berita di CNBC Indonesia pagi ini. Judulnya menohok dan membuat kening berkerut: "Ekonomi Makin Lesu, Apakah Indonesia Bakal Jatuh ke Jurang Krisis?" Pertanyaan ini, meskipun terasa ekstrem, tampaknya cukup mewakili kegelisahan banyak kalangan.
Bukan hanya karena data-data ekonomi yang belakangan ini mulai menunjukkan pelemahan, tetapi juga karena suasana batin masyarakat yang makin tidak menentu---antara cemas dan berharap, antara sabar dan ingin segera melihat perubahan nyata di era pemerintahan baru.
Ketika Optimisme Terkoreksi
Kita bisa mulai membaca sinyal ini dari laporan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2025 yang dirilis oleh Bank Indonesia. IKK memang masih berada di level optimis sebesar 121,7, sedikit meningkat dari Maret 2025 yang berada di 121,1.Â
Namun, bila dicermati lebih dalam, optimisme ini mulai terkoreksi di sejumlah segmen masyarakat, terutama pada kelompok berpenghasilan rendah dan warga usia lanjut.
Peningkatan IKK ini sebagian besar ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang naik menjadi 113,7. Di balik itu, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) justru mengalami penurunan dari 131,7 menjadi 129,8.Â
Artinya, masyarakat mulai meragukan apakah enam bulan ke depan akan lebih baik dari hari ini.
Inilah yang disebut sebagai "optimisme yang terkoreksi"---masih berharap, tapi tak lagi penuh keyakinan.
Tekanan Global yang Menyesakkan
Mengapa keyakinan mulai goyah? Salah satu jawabannya adalah gejolak global yang kembali menguat. Setelah sempat mereda di masa pemerintahan sebelumnya, kini Donald Trump kembali menduduki kursi Presiden Amerika Serikat sejak Januari 2025, dan kebijakan proteksionisnya langsung menghantam pasar global.
Trump menaikkan tarif impor terhadap berbagai produk dari Tiongkok, Meksiko, dan negara-negara Asia. Ini memicu perang dagang jilid baru yang membuat dunia kembali dihantui ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.