Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kala Pemain Asing pun Tumbang di Pasar Ritel Indonesia

8 Mei 2025   08:34 Diperbarui: 8 Mei 2025   08:34 1984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Dari GS Supermarket hingga Lulu Hypermarket, inilah bukti bahwa pasar ritel Indonesia tak hanya soal modal besar, tapi soal adaptasi cerdas.

Suatu pagi yang biasa berubah menjadi sorotan tajam ketika kabar datang dari GS Supermarket. Raksasa ritel asal Korea Selatan ini dikabarkan akan menutup seluruh gerainya di Indonesia pada akhir Mei 2025. Belum lekang dari ingatan publik soal hengkangnya Lulu Hypermarket milik investor Timur Tengah, kini satu lagi nama besar harus angkat kaki dari kerasnya persaingan ritel Tanah Air.

Dan GS Supermarket bukan satu-satunya.

Hypermart milik PT Matahari Putra Prima Tbk juga telah menutup beberapa gerainya, termasuk yang cukup besar di kawasan Yasmin, Bogor dan Pakuwon Mall Surabaya. 

Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative 
Gambar ilustrasi,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative 

Matahari Department Store pun sebelumnya mengumumkan rasionalisasi sejumlah gerai. Yang dulu megah, kini tinggal kenangan. Sejumlah brand besar seperti Giant dan Debenhams bahkan sudah lebih dahulu tutup buku di Indonesia.

Bukan Soal Kalah Modal, Tapi Salah Menyiasati Zaman

Fenomena bergugurannya ritel besar ini sering kali disederhanakan sebagai "tidak mampu bersaing." Tapi bila kita tilik lebih dalam, ini bukan hanya soal harga yang tak kompetitif, bukan pula sekadar kalah promo. Ini adalah akumulasi dari perubahan zaman yang tidak diantisipasi secara cepat dan tepat.

Konsumen berubah. Gaya hidup berubah. Teknologi mengubah segalanya.

Kita sedang menyaksikan evolusi industri ritel yang monumental. Bukan punah, tapi berevolusi.

Ketika Layar Sentuh Menjadi Etalase Baru

Sekarang, cukup dalam genggaman, kita bisa berbelanja berbagai kebutuhan. Mulai dari sembako, pakaian, hingga elektronik. Tokopedia, Shopee, Lazada, dan TikTok Shop menjadi pusat keramaian digital. Aplikasi belanja seperti Sayurbox, Segari, dan Astro bahkan memuaskan kebutuhan akan belanja cepat, instan, dan dikirim dalam hitungan menit.

Bayangkan, mengapa kita harus macet-macetan ke supermarket, antre panjang, dan parkir susah, kalau semua bisa selesai lewat smartphone sambil rebahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun