Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Misteri Bankir Kembar Antar Bangsa (Bagian ke-18)

10 Desember 2022   04:53 Diperbarui: 10 Desember 2022   05:03 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Misteri Bankir kembar antar bangsa (bagian ke-18) - Grafis olahan Merza Gamal

Pelukkan secara otomatis langsung kubalas dengan pelukan erat di luar alam sadarku. Mama kemudian menangis saat aku membalas erat pelukkannya.

"Maafkan Mama telah menyia-nyiakan Morgan. Gott sei Dank, akhirnya kita dipertemukanNya kembali setelah Morgan dewasa. Bayi yang tidak kupedulikan itu ada di hadapanku saat ini, dan dia sangat sopan dan baik. Aku benar-benar beruntung," serentetan kata-kata meluncur dari bibir Mama yang semakin erat memelukku.

Tiba-tiba Gustav pun telah berada di antara Aku dan Mama. Gustav memeluk kami berdua. "Keajaiban benar-benar telah memepertemukan kita kembali," kata-kata itu meluncur dari mulut Gustav.

Badanku terasa semakin ringan melayang-layang di antara pelukan Mama dan Gustav. Kemudian seolah-olah ada tangan yang menggapai badanku yang sedang melayang-layang tersebut. Terdengar suara Ibu meraihku dan mengendongku seperti seorang bayi, "aku yang membesarkan dan merawatnya, tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya dari pelukanku." Aku semakin terasa melayang-layang seperti layangan putus yang sedang diperebutkan anak-anak pemain layangan.

Suara Papa menyadarkanku, "sudah manja-manjaannya, mari kita makan malam." Kami pun saling melepaskan pelukan dan beranjak ke ruang makan. Masih terlihat linangan air mata di pipi Mama, dan genangan air mata menggantung di kelopak mata Gustav.

Di meja makan sudah tersedia set makanan yang telah ditata untuk empat orang. Sebagaimana kata Mama tadi, bahwa malam ini Mama menyediakan makanan istimewa masakan Mama untuk makan malam perpisahan denganku. Makanan utama yang tersedia di depan kami masing-masing adalah Klassische Rinderroulade. Kata Mama, makanan yang tersaji itu adalah resep dari Oma turun temurun.

Klassiische Rinderroulade biasanya disajikan pada acara-acara pesta khusus yang terbuat dari daging bagian khusus sapi yang di bungkus bersama lapisan daging asap dan didalam ada wortel dan mentimun. Daging dimasak bersama anggur merah hingga berwarna kecoklatan dan dihidangkan dengan siraman saus mustard yang dilengkapi dengan kentang bayi dan kubis merah.

Selama di Stuttgart, aku menikmati berbagai masakan lezat Mama. Dalam hal memasak, Mama punya kemiripan dengan Ibu. Masakan Ibu juga lezat, tapi Ibu biasanya masak hanya di akhir pekan karena hari-hari biasa Ibu sibuk di rumah sakit dan di Fakultas Kedokteran.

Selama makan tidak banyak terdengar suara dari kami, sepertinya masing-masing tenggelam dalam pikirannya masing-masing, terutama aku, Mama, dan Gustav. Papa berusaha memecah keheningan tersebut dengan berbagai hal-hal ringan.

Ketika makan utama selesai, saat hidangan penutup disajikan. Papa kembali berbicara, dan kali ini lebih serius, "Apa yang Papa sampaikan kemarin, perlu Morgan pikirkan. Papa siap bantu urusan untuk kuliah pasca sarjana Morgan di Jerman."

"Akan Morgan pikirkan setelah Morgan di Indonesia dan berbicara dengan pihak kantor dan Ibu," kataku untuk menghormati penawaran Papa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun