Proposisi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang kuat dapat menciptakan business values bagi perusahaan dan pemegang saham mereka. Milton Friedman, setengah abad yang lalu dalam "The Social Responsibility of Business in to Increase its Profits" (A Friedman Doctrine, 1970) telah menulis, bahwa, "Mungkin untuk kepentingan jangka panjang sebuah perusahaan, dapat mencurahkan sumber daya dalam menyediakan fasilitas bagi komunitas[nya] atau untuk meningkatkan tata-kelolanya. Hal tersebut akan memudahkan untuk menarik insan perusahaan yang diinginkan, mengurangi tagihan upah atau memiliki efek berharga lainnya."
Pemegang saham dan pemangku kepentingan tidak bersaing dalam permainan zero-sum. Justru sebaliknya: membangun hubungan yang kuat dengan elemen masyarakat yang luas menciptakan values, paling tidak karena membangun ketahanan ke dalam model bisnis. Mengkompromikan koneksi perusahaan dengan pemangku kepentingan hanya untuk membuat target pendapatan akan dapat menghancurkan values. Hal tersebut merupakan inti dari jangka pendek, terukur dan sangat berbahaya bagi sebagian besar kepentingan ekonomi pemegang saham.
Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan investasi signifikan untuk hasil jangka panjang memiliki arus kas masa depan yang didiskon lebih sedikit oleh investor daripada arus kas perusahaan yang mengalokasikan sebagian kecil uang mereka untuk jangka panjang. Perbaikan langsung seperti pembelian kembali saham (yang bisa dibilang mengalihkan uang tunai dari investasi yang menghasilkan pengembalian jangka panjang) juga berkorelasi dengan peningkatan diskon. Â
Bisnis perlu memainkan permainan panjang. Hal tersebut berarti perusahaan perlu memenuhi kebutuhan pelanggan, insan perusahaan dan komunitas mereka (pada hari ini, seringkali berupa komunitas global) untuk memaksimalkan penciptaan business values. Bisnis yang berkembang terkait dengan cakrawala jangka panjang memicu siklus yang baik. Mereka menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan pajak, dan meningkatkan standar hidup. LST membantu menghasilkan kekayaan. Dan, kekayaan bukanlah kue yang selalu tersedia, apalagi dalam kondisi krisis seperti masa pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir sampai hari ini.
Penulis,
Merza Gamal
Author of Change Management & Cultural Transformation
Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syari