Jika kita rangkai seluruh keluhan ini, benang merahnya jelas: rakyat kecil hidup dalam pusaran frustrasi.
Mau bekerja ditangkap. Mau mengandalkan negara bansos salah sasaran. Mau tenang dihantam judi online. Mau bertahan hidup harga barang melonjak, pajak naik.
Frustrasi ini bisa berujung pada dua hal:
Apatisme rakyat tidak lagi peduli pada hukum dan negara, karena merasa semuanya percuma. Jika rakyat sudah tidak peduli lagi, maka Indonesia bisa seperti Nepal atau Perancis. Hakim jalanan. Aparat keamanan tidak akan mampu jika seluruh rakyat di seluruh Indonesia bergerak serentak.
Rakyat Indonesia hampir tiga ratus juta, sementara aparat kemananan hanya ribuan orang saja. Perlawanan sosial ketika rasa frustrasi menumpuk, bisa muncul gejolak sosial, protes, hingga kriminalitas massal.
7. Jalan Keluar: Apa yang Bisa Dilakukan?
Tulisan ini tidak boleh hanya kita baca sebagai keluhan. Ia harus menjadi cermin kebijakan publik. Ada beberapa gagasan solusi, misalnya:
Reformasi hukum hukum harus berpihak pada keadilan substantif. Rakyat kecil jangan dikriminalisasi, sementara korporasi besar dibiarkan.
Penciptaan lapangan kerja negara wajib menyediakan pekerjaan layak, bukan hanya bansos. Pekerjaan lebih bermartabat dibanding bantuan. Karena bansos itu tidak terlelau efketi, selain jumlhanya sangat kecuil, sangat banyak salah sarasan lagi.
Perbaikan data bansos penerima bantuan harus tepat sasaran dengan sistem verifikasi digital yang transparan. Data capil itu harus valid dan benar. Bukan asal jadi, sementara dana yang sudah habis untuk menyusun data Capil itu sudah triliunan rupiah.
Pemberantasan judi online serius bukan hanya pemain kecil, tetapi jaringan besar harus ditindak. Butuh kerja sama internasional. Sudah jelas kok setiap hari, siapa saja penjual narkoba, masak bisa bergerak bebas dan tidak ditangkap?