Inilah ironi terbesar. Rakyat kecil yang mencari kayu atau bensin untuk bertahan hidup ditangkap. Tetapi judi online, yang jelas-jelas merusak generasi muda, menghancurkan ekonomi keluarga, dan menggerus produktivitas, justru sulit diberantas.
Kenapa demikian?
Judi online melibatkan jaringan luas, termasuk lintas negara. Ada dugaan backing dari oknum berkuasa atau aparat. Penindakan sering hanya menyasar pemain kecil, sementara bandar besar sulit disentuh.
Akibatnya, rakyat melihat hukum seperti pedang tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Ini menumbuhkan krisis kepercayaan pada negara.
5. Pajak Naik, Harga Barang Melambung
Pajak, semuanya dinaikkan. Harga barang, mahal dan tidak masuk akal. Harga barang itu setiap tahun naik, dengan dasar yang tidak jelas. Salah satunya, gaji karyawan juga tidak setiap tahun dinaikan.
Tekanan berikutnya datang dari kebijakan fiskal dan ekonomi. Kenaikan pajak serta harga barang membuat daya beli masyarakat tergerus. Ironinya, beban ini justru paling berat dirasakan kelas menengah bawah.
Pajak naik dirasakan langsung melalui PPN barang kebutuhan, biaya administrasi, hingga tarif listrik dan BBM.
Harga barang mahal distribusi terganggu, biaya transportasi tinggi, dan kebijakan impor-ekspor yang tidak berpihak.
Akibatnya, rakyat semakin terjepit. Mereka kehilangan pekerjaan, tidak bisa mencari nafkah alternatif, bansos salah sasaran, sementara biaya hidup terus melonjak.
6. Rakyat dalam Pusaran Frustrasi Kolektif