Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Antara Boikot Pemilu, KPPS, dan Mitologi Suara Rakyat Suara Tuhan

14 September 2025   15:00 Diperbarui: 14 September 2025   15:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://putatgede.kendalkab.go.id/kabardetail/b2RzeWFONXdkN1lwQzRNREErMjBGZz09/kenali-5-surat-suara-di-pemilu-2024.html

Dalam wacana politik Indonesia, ajakan untuk memboikot pemilu kerap mengemuka di ruang publik, terutama di media sosial. Banyak masyarakat beranggapan bahwa tidak ada gunanya ikut memilih karena hasil pemilu sudah dapat ditebak, yakni dimenangkan oleh pihak-pihak yang memiliki modal besar dan akses ke penyelenggara.

Seorang mantan anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dengan pengalaman dua periode menyatakan secara lugas bahwa "urusan suara itu kuncinya di KPPS."

Menurut pengalamannya, bahkan ketika lima puluh orang memilih seorang calon legislatif, hasil rekapitulasi dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) justru menunjukkan angka nol suara untuk kandidat tersebut.

Fenomena ini mengguncang keyakinan publik akan adagium klasik demokrasi: vox populi, vox dei; suara rakyat adalah suara Tuhan.

KPPS sebagai Titik Kritis Pemilu

Dalam struktur penyelenggaraan pemilu Indonesia, KPPS memiliki peran strategis karena bertugas langsung di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Mereka memverifikasi daftar pemilih, mengatur jalannya pemungutan, menghitung suara, dan mencatat hasil penghitungan dalam formulir resmi. Dengan kata lain, KPPS adalah pintu pertama dan utama dalam proses rekapitulasi suara.

Secara teoritis, integritas pemilu ditentukan oleh akurasi data sejak level paling bawah. Menurut teori electoral integrity (Norris, 2014), distorsi sekecil apa pun di tahap awal akan berimplikasi besar pada legitimasi hasil akhir.

Jika manipulasi terjadi di KPPS, maka kerusakan data sudah bersifat fundamental. Oleh karena itu, pengalaman tentang hilangnya suara calon legislatif hingga menjadi nol bukan sekadar anomali administratif, melainkan bukti adanya potensi fraud elektoral yang sistematis.

Boikot Pemilu: Antara Simbolisme dan Ketidakberdayaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun