Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Guru Honorer Dipaksa Jadi Ular

23 Agustus 2025   06:52 Diperbarui: 23 Agustus 2025   06:52 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak alasan yang sering dikemukakan untuk membenarkan perlakuan tidak adil ini. Ada yang mengatakan anggaran terbatas. Ada pula yang menyebut mekanisme birokrasi harus dijalani.

Namun, bukankah anggaran untuk jamuan, perjalanan dinas, atau pembangunan gedung megah selalu tersedia? Bukankah birokrasi bisa dipercepat jika ada kemauan?

Pada akhirnya, masalah ini bukan semata-mata soal keterbatasan, melainkan soal prioritas. Jika pendidikan benar-benar dianggap penting, semestinya guru honorer tidak diperlakukan seperti ular yang dipaksa berpuasa panjang.

Meski gelap, masih ada cahaya harapan. Beberapa daerah mulai memperjuangkan nasib guru honorer dengan memberikan tambahan insentif dari anggaran daerah. Ada pula gerakan masyarakat yang mendukung kesejahteraan guru melalui donasi. Namun, semua itu hanyalah solusi sementara.

Yang lebih mendesak adalah perubahan sistemik. Pemerintah pusat harus berani membuat kebijakan tegas untuk menyejahterakan guru honorer. Honorarium harus layak dan dibayarkan tepat waktu. Status guru honorer juga harus dipandang sebagai bagian integral dari tenaga pendidik, bukan sekadar pengisi kekosongan.

Guru honorer bukan ular. Mereka manusia yang berdiri tegak di depan kelas demi masa depan bangsa. Memaksa mereka bertahan dengan honor minim yang cairnya tiga atau enam bulan sekali adalah bentuk ketidakadilan yang menjerat martabat.

Jika bangsa ini benar-benar menghargai pendidikan, maka sudah sepatutnya guru honorer mendapat perlakuan manusiawi. Jangan lagi ada pahlawan tanpa tanda jasa yang dipaksa menjadi ular. Sebab, masa depan bangsa tidak akan lahir dari ketidakadilan, melainkan dari penghormatan terhadap mereka yang mendidik generasi.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun