Mohon tunggu...
Mena Oktariyana
Mena Oktariyana Mohon Tunggu... Penulis - a reader

nevermore

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Rasisme Model Baru Melalui Novel "Dear Martin"

5 Desember 2019   19:22 Diperbarui: 5 Desember 2019   19:45 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.goodreads.com/book/photo/24974996-dear-martin

Dan ketika mereka secara sengaja atau tidak sengaja melontarkan lelucon rasis di depan orang kulit hitam, mereka akan menganggapnya sebagai guyonan biasa. Ketika orang kulit hitam merasa tersinggung dan terhina dengan lelucon rasis tersebut, orang kulit putih akan menganggap bahwa orang kulit hitam ini "Terlalu Sensitif" atau dengan kata lain, mereka dituduh memainkan "Kartu Ras" yang mereka punya. 

Orang kulit hitam dianggap memiliki kadar kebaperan yang sangat tinggi jika bersinggungan dengan ras, terlebih apabila ras mereka dijadikan bahan olok-olokan oleh orang kulit putih. 

Jadi mereka dianggap selalu mengaitkan segala hal dengan ras, ras, dan ras. Hal ini merupakan bentuk pengabaian dan juga ketidakpedulian orang kulit putih tentang bagaimana sejarah kelam mempengaruhi kehidupan orang kulit hitam di masa sekarang.

3. Abstract Liberalism Frame

Rasisme model ini sering disebut dengan Abstract Racism. Pandangan atau ideologi rasis ini sering ditandai dengan perilaku abstrak orang kulit putih dalam menjelaskan isu-isu rasial. Rasisme ini hadir dalam 2 prinsip atau ideologi pendukung, antara lain:

- Equal Opportunity is available to everyone (Kesetaraan Kesempatan adalah hak semua orang)
Kalimat "semua orang" yang sering mereka lontarkan sudah barang tentu berlaku untuk seluruh umat, baik orang kulit putih maupun kulit hitam dsb. Ironisnya pandangan ini sering kali menjadi alat untuk menyerang Affirmative Action sebagai suatu tindak kejahatan terhadap diri mereka. Dalam novel ini, Jared merasa tidak terima ketika Justyce diterima di Yale sedangkan dirinya tidak. 

Jared mengklaim bahwa hal tersebut adalah bentuk diskriminasi yang dilakukan Affirmative Action terhadap mayoritas seperti dirinya yang mana orang dari kelompok minoritas seperti Justyce sering diberi kesempatan-kesempatan khusus yang justru merugikan orang kulit putih. 

Padahal, Justyce diterima di Yale bukanlah karena perlakuan khusus melainkan karena prestasi akademis dan usahanya sendiri. Apa yang dilakukan Jared tentu saja bertolak belakang dengan pandangan dia dan orang kulit putih lainnya dimana "kesetaraan kesempatan adalah milik semua orang", apabila kata-kata itu benar adanya, seharusnya tidaklah menjadi masalah ketika Justyce diterima kuliah di Yale, toh Equal Opportunity is available to everyone, right?. Inilah yang dimaksud dengan perilaku abstrak.

- Meritocracy
Dengan menggunakan prinsip ini, orang kulit putih percaya bahwa "people will be rewarded based on their merit, not their privilege" (orang dihargai dan dipilih berdasarkan kerja kerasnya bukan dari hak istimewa yang mereka punya). Jared yang merasa dirinya jauh di atas segala-galanya dibanding Justyce, beranggapan bahwa Yale menerima Justyce bukan karena kerja keras atau prestasi yang dia punya melainkan karena "kuota" untuk kelompok minoritas, dan ini merupakan privilege yang dimiliki Justyce.

Lagi-lagi Jared menyalahkan Affirmative Action, dan menuduh Yale memberikan kuota minoritas untuk Justyce. 

Jared : He took a spot I didn't get because Yale has to fill a quota. [...] point is, it gives an unfair advantages to minorities. So okay, Justyce and I might be "equals" or whatever. But there are other minorities without qualifications I have who will get in before I do. That's just not fair. (Page 61-62)

Jared : Whatever. All I know is that no matter what college I end up at, when I see a minority, I'm gonna wonder if they're qualified to be there. (Page 64).

Dari kutipan diatas, apa yang dilakukan Jared justru membuktikan bahwa dirinya lah yang memiliki dan melindungi Hak istimewa yang dia punya sebagai orang kulit putih. Dia dengan perilaku abstraknya menggunakan prinsip "Meritocracy" untuk menyerang Affirmative Action sekaligus untuk melindungi hak istimewa yang dia punya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun