Menjaga kesehatan fisik, emosional, dan mental seseorang sangat penting untuk ketahanan. Sebuah studi oleh Bonanno et al. (2015) menekankan pentingnya praktik perawatan diri, seperti olahraga, tidur yang cukup, mindfulness, dan teknik relaksasi, dalam meningkatkan resiliensi. Terlibat dalam aktivitas perawatan diri meningkatkan mekanisme koping, mengurangi stres, dan menumbuhkan ketahanan dalam menghadapi kesulitan.
Dengan memperkuat resiliensi, individu dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik, meminimalkan risiko gangguan mental, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Resiliensi adalah kualitas yang dapat dikembangkan dan diperkuat melalui latihan, pengalaman hidup, dan dukungan dari lingkungan sekitar.
Referensi
Bonanno, G. A., Westphal, M., & Mancini, A. D. (2015). Resilience to loss and potential trauma. Annual Review of Clinical Psychology, 11, 285-307.
Dweck, C. S. (2008). Mindset: The new psychology of success. Random House.
Masten, A. S., & Narayan, A. J. (2012). Child development in the context of disaster, war, and terrorism: Pathways of risk and resilience. Annual review of psychology, 63, 227-257.
Missasi, V., & Izzati, I. D. C. (2019, November). Faktor--faktor yang mempengaruhi resiliensi. In Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (pp. 433-441).
Yuhenita, N. N., & Indiati, I. (2021). Tingkat Resiliensi Orang Tua dalam Mendampingi Anak Sekolah dari Rumah pada Masa Pandemi. Jurnal Basicedu, 5(6), 5336-5341.