Hal ini menimbulkan pertanyaan besar.Â
Apakah selama ini kita telah diarahkan oleh "aktor yang tak kasat mata" untuk terus mendapat bombardir umpan provokasi melalui media sosial?Â
Apakah selama ini kita diperalat oleh mereka yang memiliki kepentingan untuk bisa ditunggangi, demi merusak kestabilan Pemerintahan Negara?Â
Terlepas dari emosi kita pada Pemerintah, tentu ini menjadi sebuah pertanyaan besar yang perlu kita gunakan menjadi refleksi. Bahwa, sangat mungkin bagi sang dalang untuk mengendalikan, memprovokasi dan memberikan teror keamanan seluruh masyarakat melalui media sosial secara masif dan terstruktur dengan ternak akun provokatif selama berminggu-minggu untuk bisa bergerak sesuai dengan keinginan mereka.
Kita sudah sama-sama paham bahwa setiap kerusuhan di Negara ini selalu dipicu dengan provokasi di media sosial oleh akun-akun yang khusus diternak demi kepentingan tertentu.Â
Namun masyarakat seolah dipaksa menelan satu-satunya menu busuk di layar handphone yang mereka hadapi berjam-jam setiap hari. Â Seolah tak diberi napas dan tak diberi kesempatan untuk mengalihkan perhatian.Â
Tanpa mengesampingkan rasa syukur bahwa intimidasi kepada Pemerintahan akhirnya mulai membuat Pemerintah dan perwakilan rakyat membuka hati untuk mendengarkan masyarakat dan berbenah diri, fenomena ini sangat mengkhawatirkan.
Sudah terlalu banyak yang dikorbankan. Berita duka terus bertambah, gedung-gedung dibakar, berbagai fasilitas umum dirusak. Sebesar itukah yang harus kita "bayar"?
Provokasi ini sangat berbahaya bagi perekonomian, keamanan, keselamatan dan tentunya makin merusak kepercayaan publik pada Pemerintah. Memecah belah Bangsa dan menimbulkan kebencian satu sama lain.
Apa yang masih bisa kita percaya di Negara ini?Â