Sejak SMP aku suka main ke rumah teman sampai sore. Aku juga sering ikut ekskul ini itu yang intinya hanya karena ingin main dan punya banyak teman saja.
Sementara kakak adikku tipe yang lebih suka di rumah. Baca Majalah Bobo, Majalah Kawanku, komik dan Harry Potter. Anjuran "di rumah saja" saat  pandemi covid ini tampaknya tak ada artinya bagi mereka yang dari dulu memang suka di rumah saja.
Jelas aku tampak "berbeda" diantara dua anak manis penurut dan di rumah saja seperti mereka.
Kondisi terus berlanjut hingga SMA dan kuliah. Karena semakin dewasa, tampaknya mami mulai kuatir dengan pergaulanku. Padahal temanku juga aku kenalkan dan aku sering ceritakan. Banyak yang sudah main ke rumah juga.
"Alamat rumah : Jalan Kebahagiaan no.123, Taman Indah, Solo 12345" (jelas ini alamat samaran hihihi) Kira-kira begitulah isi pesan dari mami. Aku tertawa sekaligus panik dan bergegas pulang.
Itu bukan pesan yang dikirimkan karena mamiku takut aku hilang. Itu pesan ancaman dibalut candaan dari mami. Pesan sarkas karena aku tak pulang-pulang. "Takutnya udah lupa alamat rumah" kata Mami.
Saat kuliah Mami kerap marah karena aku sering pulang malam. Beberapa kali aku membuatnya menangis karena hal ini. Aku saat itu merasa tak salah. Karena aku  sedang latihan intensif marching band yang akan ikut kejuaraan di Bali.
Beberapa kali papi sampai menjemputku. (Baca juga: Hubungan Ayah dan Anak Perempuan Selalu Spesial)
Dulu aku tak paham kenapa Mami "drama" sekali. Sampai nangis-nangis kalau aku pulang malam.
Semakin dewasa aku paham, aku anak perempuan. Tak bisa sembarangan pulang sore atau malam. Ada banyak bahaya yang mungkin terjadi. Bisa jadi motorku bermasalah di jalan, atau ada begal, penipuan, penculikan, atau pemerkosaan. Naudzubillah min dzalik.
Pentingnya Pendidikan
Mami sangat peduli pada pendidikan. Meski anaknya perempuan semua, semua dibekali pendidikan tinggi. Plus bermacam les yang sesuai dengan minat. (Baca juga : Jadi, Bakat dan Passionku Apa?)