Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pelajaran Berharga dari Ibuku

25 Agustus 2021   14:21 Diperbarui: 25 Agustus 2021   14:29 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu memberikan bekal makanan (Freepik/Gpointstudio)

Aku memanggil Ibuku dengan sebutan mami. Kalau aku menyebut ini di sekolah biasanya beberapa temanku akan sewot dengan bilang "Halah gaya banget, panggilnya Mami". Waktu itu aku sih tak merasa gaya-gayaan karena memang itu yang kusebut sejak kecil.

Mamiku cantik. Sepertinya anaknya tak ada yang lebih cantik darinya. Waktu pengambilan raport siswa setiap akan kenaikan kelas, mamiku selalu mencolok diantara semua wali murid. Bukan hanya karena dia tinggi dan putih tapi juga rambutnya dicat warna coklat, pakai hak tinggi dan gaya berpakaiannya yang mengikuti mode. Saat itu aku tak menemukan ibu-ibu lain gayanya seperti mami.

Mamiku bekerja. Dulu waktu lulus sarjana, dia sempat mencari kerja di Jakarta. Beberapa bulan disana. Ada tawaran menjadi bintang iklan pasta gigi. Tapi dia menolak. Alasannya yang mengajaknya genit. Mami tak kuat kerja di Jakarta karena capek, macet dan harus oper kendaraan berulang kali. Ternyata Jakarta sudah kejam dari dulu.

Dia kembali ke Solo. Pekerjaan kemudian  hanya di toko genteng. Katanya tiap hari ngitungin genteng. Hahaha.. Jelas tidak cocok untuknya. Namun kemudian dia mendapat tawaran untuk bekerja menjadi sekretaris di sebuah kantor pengembang perumahan.

Seperti kebanyakan ibu lainnya, mamiku galak. Dia juga disiplin dan tegas. Tipe wanita yang berwawasan luas, mengikuti perkembangan politik, berita, berpikiran maju dan sangat peduli pada pendidikan anak-anaknya.

Diam-diam dia bercita-cita jadi detektif. Tapi waktu aku tes di BIN sampai tahap akhir, dia malah berdoa agar aku tak lolos saja. Karena dia takut sendiri. Wajahnya sangat lega ketika kuberi kabar aku tak lolos. Hehehe.

Mengelola Keuangan

Mami sudah mengajariku mengatur uang sejak SMP. Aku diberi uang bulanan dan dibekali sebuah catatan pembukuan.  Uang bulanan adalah untuk uang saku sekolah dan kalau aku ingin beli apa saja. Aku dibebaskan mengatur uang sendiri. Jangan dipikir banyak. Jumlahnya hanya Rp 75.000 kala itu.

Setiap pagi aku sudah sarapan. Makan siang pun di rumah. Sesekali mami juga membekaliku dengan roti sandwich dengan isi burger atau coklat meises. Jadi jajan hanya untuk snack ringan saja.

Kalau aku ingin beli apa-apa misal untuk beli baju atau pernak pernik aku harus menahan jajan.

Dulu aku sering mengira mami pelit! Apalagi uang saku teman-temanku lebih besar dibanding aku. Setelah dewasa baru aku tahu. Ini semata hanya agar aku terbiasa hidup hemat dan sederhana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun