Mohon tunggu...
Melika Nur Jihan
Melika Nur Jihan Mohon Tunggu... Penulis - Ekspresikan ide-idemu ;). Jangan menjiplak seluruh tulisan dalam blog ini !!

Selamat berekspresi semua ;)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Malpraktik Pendidikan di Indonesia

28 Juni 2020   05:58 Diperbarui: 28 Juni 2020   06:34 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Melalui ujian ini, mereka juga ditantang untuk mengerjakan setiap soal yang bilamana jawaban dari soal tersebut harus mengacu terhadap buku dari suatu mata pelajaran yang diujikan. Selain itu, ditambah lagi dengan adanya pemberian nilai terhadap kemampuan setiap peserta didik dalam menghadapi berbagai ujian itu bilamana nilai itu sendiri harus memiliki kriteria ketuntasan minimal yang berperan sebagai batasan minimal yang harus dicapai untuk mengukur kualitas dan kemampuan belajarnya. 

Oleh karena itu, tanpa disadari, setiap peserta didik yang menghadapi suatu ujian, mereka dipaksa untuk bisa memperoleh nilai yang sesuai dengan standar kriteria yang ditentukan tanpa memperhatikan kualitas pemahaman yang telah mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga mereka sangat sulit berkreasi untuk menuangkan berbagai ide yang mereka miliki. Hingga akhirnya, mereka terpaksa untuk melakukan berbagai macam cara untuk memperoleh nilai sesuai yang mereka inginkan.

Selain dalam bentuk ujian bernilai, bentuk malpraktik pendidikan yang terapkan berikutnya adalah dengan adanya kurikulum yang bermacam-macam. Pada masa debat antarkandidat capres berlangsung 2019 lalu, Sandiaga Uno memaparkan bahwa salah satu hal penting yang sangat perlu dibenahi dalam pendidikan, yakni kurikulum yang essensial. 

Dia mengatakan bahwa kita tak perlu mengadakan kurikulum yang bermacam-macam yang dampaknya hanya akan menjadi tekanan terhadap setiap peserta didik sehingga mereka menjadi kebingungan untuk menentukan arah tujuan dari akhir pendidikannya. Selain itu, kurikulum yang beragam juga berdampak terhadap masalah fisik seperti kurangnya waktu istirahat karena kita telah menghabiskan waktu belajar selama 8 jam setiap harinya. 

Waktu yang kita miliki selalu terisi oleh mata pelajaran yang beragam itu sehingga seringkali kita merasa ngantuk setiap proses belajar mengajar berlangsung. 

Oleh karena itu, kita tak dapat menerima materi dengan baik karena otak yang kita miliki juga memerlukan nutrisi melalui istirahat yang kita lakukan. Dia juga mengatakan bahwa penerapan bentuk malpraktik ini, seringkali terjadi pada saat penentuan jurusan yang akan dipilih saat memasuki bangku SMA hingga bangku perkuliahan. Mereka sangat kesulitan untuk menemukan potensi dirinya karena fokus yang mereka miliki telah terpecah selama 12 tahun dalam menempuh setiap rangkaian pendidikan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penggunaan sistem ujian bernilai dan kurikulum yang beraneka ragam inilah yang secara tidak langsung, mengikis nilai moral yang dimiliki setiap peserta didik. 

Sistem inilah yang melemahkan karakter jujur setiap peserta didik sehingga mereka sangat mudah untuk berbuat curang terhadap segala hal, khususnya dalam rangka menghadapi berbagai ujian. Karena ujian merupakan suatu cara yang digunakan setiap tenaga pendidik untuk menguji kemampuan setiap peserta didiknya sehingga para guru telah yakin terhadap seluruh kemampuan yang dimiliki murid-muridnya. 

Oleh karena itu, tak heran jika mereka tak memberikan izin terhadap seluruh murid-muridnya untuk belajar dan mengevaluasi materi yang telah diberikan sebelum-sebelumnya. 

Dengan demikian, mereka sangat mudah untuk melakukan kecurangan dalam ujian tersebut karena mereka ditantang untuk bisa menyelesaikan soal-soal ujian itu untuk memperoleh nilai sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Jika sistem yang diterapkan itu terus berlanjut maka nilai kejujuran yang telah tertanam dalam diri setiap orang perlahan-lahan akan menjadi pudar. Oleh karena itu, perilaku korupsi semakin marak terjadi karena setiap orang yang melakukannya tak memiliki moral yang tertanamkan sejak dini untuk mengendalikan perilaku tersebut.

Jika kita bandingkan dengan negara-negara lain, Finlandia merupakan salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia karena negara tersebut menerapkan sistem pendidikan yang cukup demokratis terhadap penduduknya. Negara tersebut tidak menerapkan full day school. Waktu sekolah yang diberikan hanya sekitar 4-5 jam/hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun