Keesokan harinya, setelah diberitahu oleh Tante awan, embun mengunjungi makam awan yang ternyata tidak jauh dari rumah tante nya. Masih dengan suasana duka, embun terus menangis tersedu-sedu seolah-olah tidak menerima semua kenyataan apa yang sedang iya lihat didepan matanya.
“Wan, kamu jahat banget si, ninggalin aku gitu aja” Ucapan embun dengan penuh penyesalan dan rasa sakit dihati. Aku janji wan bakal cari tahu siapa yang udah menyebabkan kamu seperti ini.
Sambil menunggu tante awan membereskan rumahnya, untuk meminta izin pulang. Embun dihadapkan dengan dua orang polisi, iya pun bingung.
“Mengapa ada polisi” ucapnya
“Tangkap dia pak” Tante awan menunjuk kearah embun.
Loh kenapa saya ditangkap tante?
“Karena kamu sudah membunuh, ponakan saya” Isak tangisan Tante awan pun pecah dihadapan dua polisi Itu
Haha tidak Tante, aku baru saja ingin mencari pembunuh dari awan, masa iya aku yang membunuhnya. Tanya embun dengan nada santai dan tawa nya yang khas itu
“iya kamu, karena kamu punya dua kepribadian bun” Tante udah mengetahui informasi itu satu tahun yang lalu dari awan dan bukti-bukti juga mengarah kekamu. Kamu ingat gak ketika kamu emosi sore itu, saat awan memeluk kamu saat kamu emosi, lalu ketika kamu pulang kerumah ditangan nu ada bercak merah pekat, itu darah dari awan bun orang yang kamu bunuh.
Gak mungkin, nggak........ Ucapan Embun menandakan penyesalan
Embun tidak bisa mengelak lagi, karena embun seseorang yang memiliki dua kepribadian yang dapat berubah ketika matahari senja, dan hilang ingatan ketika pagi datang serta sikapnya yang psikopat membuat embun tidak menyadari kesalahan yang dia buat sebelumnya, polisi pun telah memasukkan embun ke penjara dan embun divonis seumur hidup penjara, karena telah melakukan pembunuhan secara berencana dan menutupi kasus tersebut.
Penulis: Melda Widayanti Okta