Sesampai dirumah, embun terlihat gelisah dan memikirkan kata-kata yang dia ucapkan tadi siang pada awan. Kegelisahan itu dia rasakan hingga tidak bisa tidur sampai dengan jam 02.00 dini hari
“hah apa ini ko tangan ku berwarna merah pekat sekali? Kok tumben yah”
Lalu pagi hari tepatnya jam 07.00 WIB dikampus.
Embun pergi seorang diri tanpa ditemani awan yang biasa menjemput nya, setiap hari
“kotumben awan gak kerumah hari ini” ucap embun dalam hati
Saat sampai dikampus betapa kagetnya embun ketika diberitahu oleh teman embun akan kondisi awan yang tidak embun ketehaui sebelumnya Embun jalan kekelas dengan penuh semangat
“Bun, si awan Kemana” ko gak bareng kamu, tanya ketua kelas mereka
“Aku gak tau, aku kira dia memang sudah memberitahu mu” jawab embun dengan penuh kebingungan serta tanda tanya
Kebingungan embun terus berlanjut hingga istirahat tiba, dia pun mencoba untuk menghubungi awan melalui telepon.
Nut, nut, nut, nada telepon yang menandakan telepon itu tidak terjawab
“Ihhh ko gak diangkat si” nada kesal embun terus menjadi-jadi sambil memukul meja kantin pada saat itu, dan orang-orang pun kaget akan kelakuan embun