Mohon tunggu...
Melda Widayanti Okta
Melda Widayanti Okta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Jadilah seperti padi dan air walaupun ia sederhana tetapi mampu memberikan manfaat kepada banyak orang 🌾

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja Kelabu

13 Oktober 2021   08:28 Diperbarui: 14 Oktober 2021   21:34 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ehh bun jangan keras-keras dong !, ini kan kantin kalo mau marah-marah dirumah sana. Ucap teman kelas embun.

“Iya maaf” ucap embun dengan nada penuh penyesalan

“Kenapa si, awan susah banget dihubungi” embun mulai panik dan mencari kebenaran apa yang sedang terjadi

Ia juga akan mendatangi rumah awan saat tidak ada respon balik dari awan akan telepon nya itu.

Dan benar saja embun mendatangi rumah awan pada hari itu juga, tapi?

“Selamat siang permisi, awan, awan, awan ? Panggilan 3 kali nama awan tapi tidak ada respon dari dalam rumah nya, menandakan rumah itu sepi tak ada penghuni nya.

“Ko sepi banget, orang nya kemana!” embun kembali menanyakan kepada dirinya sendiri akan keberadaan awan yan tiba-tiba menghilang.

Sehari kemudian awan tidak kunjung menandakan akan kehadirannya, atau hanya sekedar menelepon balik embun, yang hari demi hari cemas serta panik akan dirinya

Kemana si kamu wan, udah dua hari gak ada kabar, apa menghilang nya kamu ini disebabkan oleh kata-kata ku waktu kemarin sore ya? Tanya embun yang mulai gelisah dengan menyalahkan dirinya sendiri sebab dari menghilangkan awan untuk beberapa hari ini

Hiks....! “Maafin aku wan kalo ucapan kemarin aku salah, kemarin aku sedang emosi wan dan gak bermaksud membentak kamu” tangisan pun pecah tidak bisa terbendung lagi, awan sangat menyesali perbuatannya.

Hari makin sore, susah menunjukkan pukul 17.30 WIB yang artinya senja muncul pada saat itu, terapi hari itu sangat berbeda, karena senja yang setiap harinya muncul dengan warna jingga dilangit, sekarang berubah menjadi warna keabuan. Seolah-olah alam juga ikut bersedih serta menandakan kegundahan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun