Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Muslihat Hakim Sarmin 11] Tabir yang Terbuka

19 April 2019   07:53 Diperbarui: 19 April 2019   08:13 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pxhere.com

"Semua orang," kata dr. Putra mengoreksi jawaban sekertaris walikota.

Dr. Putra mengatakan hal itu dengan mengangkat kedua tangannya, menunjuk langit, dan menengadahkan kepalanya. Sekertaris walikota jadi semakin jijik dengan dr. Putra karena gerakan tersebut mengingatkannya pada seseorang di TV, yang menontonnya saja selalu membuatnya geram.

"Mari kita analisis semua ini dengan bijak," kata dr. Putra. "Komandan Kuncoro, mengapa Anda mau bergabung dengan kelompok Hakim Sarmin?"

"A...apa maksud Anda, Dokter?" kata Komandan Kuncoro tergagap-gagap.

"Jadi Anda belum mau mengakuinya, Komandan?" ledek dr. Putra. "Kalau begitu, biar saya saja yang menjabarkannya. Saya dan Pak Panjaitan sebenarnya memang mau mengambil keuntungan dari Pusat Rehabilitasi itu. Dan Hakim Sarmin juga memanfaatkan dengan baik Pusat Rehabilitasi itu. Sampai disini, tidak ada yang rugi kan?"

"Saya pun melakukan Uji Pemikiran pada Hakim Sarmin dan harus diakui, Hakim Sarmin telah membawa kita menuju gagasan yang baru tentang keadilan," lanjut dr. Putra. "Krisis hakim yang terjadi saat ini, merupakan titik balik untuk membenahi kondisi politik kita. Proyek Rehabilitasi membuat kita memiliki hakim yang bisa dipercaya sehingga semua berjalan tertib dan sesuai koridor hukum yang benar. Ini juga untuk menyeleksi mana hakim yang militan dan mana yang gadungan. Pak Walikota tidak mau tahu, siapa yang menghabisi hakim yang tidak masuk Pusat Rehabilitasi?"

Semua mata kini tertuju pada Komandan Kuncoro. Sedangkan Komandan Kuncoro menolehkan kepala untuk menghindari tatapan mata orang-orang.

"Jadi sepertinya kalian berasal dari kubu dan latar belakang yang berbeda tapi kini bersatu untuk mencapai tujuan yang sama," kata sekertaris walikota memecah kesunyian. "Mengharukan ya?"

"Apa sebenarnya yang kalian inginkan?" tanya Pak Walikota kini dengan suara meninggi.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun