Mohon tunggu...
Meisya Zahida
Meisya Zahida Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan penunggu hujan

Sejatinya hidup adalah perjuangan yang tak sudah-sudah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ribuan Meter

22 Maret 2020   08:05 Diperbarui: 22 Maret 2020   08:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Yang mengalun itu
Gemerincing manik di rambutmu
Sambung menyambung
Memecah udara

Rupanya geliat matahari
Malu-malu menyentuh wajahmu
Ketika kaki kecilmu saling beradu
Di atas lembab tanah
Sepatumu mulai robek; tidak dengan
gemuruh jantungmu

Yang menetes dari dahimu
Keringat suka-cita
Tak henti-henti membulir
Sebening asa
Kau nyanyikan sepanjang langkah
Di kejauhan, gedung-gedung putih
Tempatmu, menambang cita-cita

Ribuan meter telah kau jelajahi
Tak peduli jalan-jalan penuh duri
Tak hirau musim kadang menumbangkan mimpi
Karena kau tahu
Dari telunjukmu ke mana arah kan kau tinggali

Yang berkobar di dadamu
Doa ibu, bergemuruh
Lebih riuh dari pesta petasan
Ketika terompet pergantian tahun ditiupkan

Meski kini kau mengurung diri
Di bilik-bilik tanpa ventilasi
Sementara siaran televisi memberitakan kematian
Dan usiamu juga terintai

Madura, 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun