"Beli kartu Rp5.000, dijual lagi Rp500.000."
Mungkin terdengar tidak masuk akal bagi sebagian orang, tapi inilah kenyataan di balik dunia koleksi kartu Pokmon, One Piece, dan uang kuno yang kini menjelma menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Hobi yang dulunya dianggap hanya buang-buang uang kini berubah menjadi portofolio investasi baru, bahkan bagi anak-anak muda.
Saya sendiri pertama kali mengenal uang kuno dari koleksi kakek. Kertas yang sudah usang dan angka yang tak lagi berlaku ternyata menyimpan nilai historis dan ekonomi yang tinggi. Sementara itu, generasi yang tumbuh dengan anime Pokmon atau One Piece kini kembali memburu kartu-kartu langka --- bukan untuk dimainkan, tapi untuk dijual kembali dengan margin menggiurkan.
Hobi Koleksi: Gaya Hidup atau Investasi?
Tak sedikit yang meremehkan hobi ini. Tapi ketika sebuah kartu Charizard laku hingga puluhan juta rupiah, atau uang kertas Soekarno seri Republik dilelang dengan harga fantastis, pandangan itu mulai berubah. Kini, komunitas kolektor di Indonesia, termasuk di daerah seperti Sulawesi Utara, terus berkembang --- lengkap dengan grup jual-beli, lelang online, dan pameran koleksi.
Dalam satu minggu, penjual kartu bisa mendapatkan omzet jutaan rupiah, hanya dengan memanfaatkan platform seperti Shopee, Tokopedia, Facebook Marketplace, hingga komunitas Telegram. Dengan pengetahuan dasar soal grading, kelangkaan, dan keaslian, hobi ini bisa memberikan penghasilan sampingan --- bahkan jadi pekerjaan utama.
Modal Receh, Untung Gede
Salah satu daya tarik dari bisnis ini adalah modal awal yang fleksibel. Dengan Rp100.000 saja, seseorang sudah bisa mulai mengoleksi uang kuno atau kartu Pokmon dari edisi standar. Bagi pemula, yang penting adalah konsistensi belajar dan membangun jaringan. Banyak kolektor sukses yang memulai dari berburu di pasar loak atau menawar di grup Facebook tengah malam.
Tentu saja, ada risiko yang perlu diperhitungkan. Misalnya: