Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wajah Bumi 2050

27 September 2021   20:21 Diperbarui: 28 September 2021   05:31 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Shutterstock/Sayan Puangkam via kompas.com

Bumi. Dua puluh sembilan tahun depan. Tahun dua ribu lima puluh. Entah seperti apa wajahanya.

Mungkin, semakin sesak  oleh lautan manusia. Natalitas millyar jiwa. Perumahan pun beranak-pinak. Memakan hutan adat hingga hutan kota. 

Apa yang kau sebut kemajuan akan melaju menggeser padi. Di sawah dan ladang, yang saat itu berganti beton-beton mati, atau rumah-rumah mesin dengan asap-asap beracun. 

Saat itu, jika umurmu panjang. Berdiri di antara barisan lansia. Menikmati masa tua di udara berlimpah polutan. Saat bumi kehilangan paru-paru, bernama hutan. 

Lautan bermuka tebal dengan make up minyak dan polutan. Ikan-ikan berdaging merkuri kiriman tambang emas di gunung yang diratakan.

Saat itu, di udara, selubung gas rumah kaca semakin membumbung. Cahaya matahari terpenjara bumi. Dan udara semakin panas. Es di kutub  makin cair. Lalu, air laut mengamuk naik. Lubang ozon makin bertambah diameter. Ultraviolet makin menakutkan. 

Bumi, tahun 2050. Mungkin seperti itu. Kecuali hari ini, kita mampu mencegahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun