Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Samsara

21 Februari 2021   16:44 Diperbarui: 21 Februari 2021   17:03 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andaikan ku bisa memilih. Pasti tak akan kupilih jalan samsara itu. Tapi sayang, tak ada pilihan lain. Kerikil tajam tersenyum ketika mampu mencumbu telapak kaki telanjang. Sementara aku hanya bisa merintih. 

Andaikan aku bisa berhenti, akan kuhentikan perahu kecilku yang terancam ditengah gelombang. Tapi sayang berhenti sama saja dengan bunuh diri. Aku tak suka. Biarlah aku mati dalam sebuah juang daripada mati karena diam. 

Ah, bukankah kematian adalah puncak samsara yang dalam kuasa Sang Khalik? Kecuali kita mau merampas kuasaNya. Tidak. Biarlah berjuang dalam samsara, teruslah mendayung mencumbu gelombang. 

Jalan samsara bukan pilihan. Dia adalah salib yang harus kupikul. Dia adalah jembatan gelap yang menguji keberanian dan harapan. Dia adalah gunung yang harus kudaki dengan peluh dan air mata. Sebelum menemukan hikmah dan nikmat di Puncak Harapan. 

Tak ada pilihan lain. Susuri jalan samsara itu. Selalu ada setitik cahaya harapan. Ada emas di ujung jalan gelap itu, seperti pelangi sehabis hujan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun