Mohon tunggu...
Alfa Dolfin
Alfa Dolfin Mohon Tunggu...

karyawan swasta di salah satu bank swasta. Menggemari kegiatan traveling/wisata, foto, diving

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Hunting Sunset di “Ambon Manise” (Bagian 1)

22 Februari 2012   15:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luar biasa…great…amazing…begitulah spontan saat menikmati pesona pulau Ambon. Berjumpa keramahan spontan warga. Jauh dari kesan basa-basi. Masih di buat kagum berbagai keindahan pesisi pantai, pegunungan, serta laut biru-nya.

Menjelang pesawat kami landing, pesona Teluk Ambon sudah terlihat. Selanjutnya sebutkan pantai Liang, yang pernah mendapat julukan terindah di Indonesia. Masih ada lagi yang lain yang sering di sebut di brosur wisata Ambon, yaitu Pantai Natsepa. Serta masih banyak keunikan lainnya.

Kerusuhan adalah sudah menjadi masa lalu kelam. Menatap dan melangkah ke depan warga Ambon sadar sepenuhnya tragedi kerusuhan adalah sia-sia. Tidak hanya warga setempat yang merasa takut, turis, wisatawan pun akan pikir panjang datang ke kota yang mendapat julukan ”mutiara timur”.

Sekarang, situasi aman serta keramahtamahan ibarat magnit yang menarik minat pendatang. Seakan ingin mengatakan inilah untaian mutiara indah. Memang betul, masih banyak keindahan alam yang masih alami.

Karang Panjang

Setelah puas berkeliling pulau Ambon, ada satu keinginan yang tidak boleh di lewatkan. Momen matahari terbenam (sunset) pasti sangat indah. Sebagai penikmat sunset dan sunrise yang mendapat kesempatan beberapa hari liburan, pasti akan memanfaatkan momen bagus ini.

Sebenarnya cukup banyak untuk menikmati sunset. Salah satu spot yang menarik adalah Karang Panjang. Jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari Kota Ambon. Mudah di jangkau, di lalui kendaraan umum. Kondisi jalan pun bagus.

Semula saya mengira sebuah pantai dimana terdapat karang-karang unik dan khas. Ternyata setelah tiba di lokasi adalah sebuah bukit. Karang Panjang itu sendiri adalah nama Kelurahan. Pantesan saja, Ajid, guide yang boncengi naik motor sempat nge-gas poll motornya saat melewati jalan menanjak cukup terjal. Lalu sambil melihat di GPS kog malah menjauh dari laut. Rupanya aku keliru meduga.

Terdapat sebuah taman yang tertata asri, dengan pepohonan yang memberikan suasana adem. Terbuka untuk umum. Meski selalu pagar masuk terkunci bisa minta penunggu tuk membukanya. Di sekeliling taman ini ada komplek kantor dan rumah dinas pejabat. Sangat asri.

Yang menarik di taman ini terdapat patung besar salah satu pahlawan Ambon yang terkenal. Namanya Christina Martha Tiahahu. Berjuang dan wafat tahun 1818. Jasadnya di ”kuburkan” di Laut Banda oleh pemerintah kolonia Belanda.

Patung di buat mengarah ke laut, teluk Ambon. Seakan ingin mengatakan disanalah akhir hayat beta. Disanalah beta di makamkan.

Ya...dari lokasi ini baru tahu rupanya disinilah banyak foto-foto bagus di ambil. Foto yang menyajikan pesona teluk ambon. Beberapa kapal terlihat dari kejauhan. Memang betul-betul indah. Selain menanti sunset juga bisa menikmati pemandangan malah kota Ambon.

Sayang waktu itu karena cuaca tidak mendukung tidak mendapat perfect sunset. Yang dimaksud adalah bentuk matahari bulat utuh pelan-pelan hilang dari balik bukit. Tetapi saya tidak kecewa. Karena formasi awan pekat dapat menambah keindahan lain. Setelah matahari ”hilang” di ufuk barat menghadirkan bias cahaya warna indah.

Setelah langit mulai gelap, saya tidak segera beranjak. Karena di depan saya tersaji pesona lain. Warna warni Lampu-lampu kota Ambon dari atas bukit terlihat sangat indah. Woouwww...

Memang betul cerita keindahan Kota Ambon. Bukan omong kosong. Saya sudah buktikan langsung. Salah satunya suasana senja dan malam dari Karang Panjang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun