Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Sejati Bhineka Tunggal Ika di Balik Semboyan Bangsa

17 September 2025   03:00 Diperbarui: 12 September 2025   22:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi persatuan Indonesia. (Shutterstock.com via Kompas.com)

Banyak orang mengenal Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang persatuan modern. Kenyataannya, riwayatnya jauh lebih berliku.

Pada mulanya frasa ini tidak bicara soal persatuan bangsa. Maknanya lebih sakral, berpusat pada ketuhanan.

Ia merangkul dua ajaran besar yang dianggap berbeda: Buddha dan Siwa. Ungkapan ini berasal dari Kakawin Sutasoma, karya Mpu Tantular. Ditulis pada masa keemasan Majapahit ketika Hayam Wuruk memerintah.

Dalam konteks aslinya, Bhinneka Tunggal Ika memuat gagasan filosofis yang dalam (Soewito Santoso, 1968).

Di sana ditegaskan, "Buddha dan Siwa dua yang berbeda." Lalu ditanya, bagaimana kita mengenalinya jika pada hakikatnya "ajaran Jina dan Siwa adalah satu."

Intinya jelas: "berbeda tetapi tetap satu," "tiada kebenaran yang mendua." Pesan ini menekankan bahwa ajaran Hindu-Siwa dan Buddha sehakikatnya tunggal.

Jauh dari cara kita memaknai semboyan itu. Sekarang yang lebih bertumpu pada persatuan sosial dan politik.

Para sarjana membaca teks ini dengan sudut pandang yang beragam. Banyak yang melihatnya sebagai cerminan harmoni keberagamaan di Majapahit. Saat umat Hindu dan Buddha hidup berdampingan.

Namun ada tafsir lain dari Utomo dan Purwanto. Menurut mereka, Sutasoma membawa kritik yang disamarkan.

Mereka membacanya sebagai teguran Mpu Tantular terhadap hard power Hayam Wuruk. Yang menekankan penyatuan lewat kekuatan militer (Utomo dan Purwanto, 2019).

Pembacaan seperti ini mengingatkan kita bahwa karya sastra kuno kerap menyimpan pesan tersembunyi. Penyatuan wilayah luas dengan kekerasan hampir selalu berujung darah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun