Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mempersiapkan Dunia Kita di Masa Tua Nanti

3 November 2021   12:31 Diperbarui: 3 November 2021   18:41 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lansia.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Kita dan mereka hanya direkatkan oleh hubungan darah serta status. Itulah mengapa sejak kecil mereka penting banget ditanamkan pengetahuan tentang agama, yang memberikan pemahaman secara luas tentang akhlak dan budi pekerti. Terutama tentang berbakti kepada orangtua.

Sebenarnya secara mental saya sudah menyiapkan diri sejak anak-anak duduk di bangku SMP. Mereka sudah mempunyai banyak kegiatan di luar rumah. Sehingga waktu bersama orangtua juga sudah semakin sedikit. Walaupun tetap ada komunikasi lewat gadget, tapi rasanya sudah pasti berbeda. Disitulah saya mencoba untuk bisa menikmati waktu-waktu sendiri.

Ada beberapa hal yang sudah saya persiapkan bersama suami, supaya nantinya di masa tua masih bisa menikmati dengan nyaman tanpa mengganggu orang lain terutama anak, seperti: 

  • Mempersiapkan tabungan di hari tua. Mumpung masih usia produktif, dimana kita masih mampu untuk mencari uang. Jangan lupa sisihkan rezeki kita sebagian untuk tabungan di hari tua (tentunya setelah disisihkan untuk zakat atau sodaqoh). Dan saya memilih tabungan emas di Pegadaian (bukan endorse ya hehehe).
    Setiap ada rezeki, saya selalu menyisihkan uang untuk menabung di tabungan emas Pegadaian. Itu sudah saya jalani sejak 4 tahun yang lalu. Tidak usah banyak-banyak, yang penting rutin dan telaten.
    Kadang saya menabung hanya 0.5 gram atau sekitar 300-400 ribu sesuai harga pasaran emas. Kalau ada rezeki agak banyak, kadang bisa 1 gram atau lebih. Tapi bisa juga kurang dari 0.5 gram. Karena minimal menabung hanya 50 ribu. Keuntungannya mengikuti harga emas yang makin naik.
    Mungkin sekarang kita belum terlalu membutuhkan karena masih ada gaji atau sokongan dari suami. Tapi 5-10 tahun lagi akan sangat bermanfaat. Jadi sangat cocok untuk tabungan di hari tua.
  • Mempersiapkan juga jaminan kesehatan. Saya sudah mempercayakan jaminan kesehatan saya dengan ikut BPJS. Dengan adanya jaminan kesehatan, diharapkan kalau nanti jatuh sakit tidak akan menyusahkan orang lain terutama suami atau anak-anak. Tapi yang jelas suami dan anak-anak juga saya ikutkan BPJS karena aman.
  • Mempererat jalinan silaturahmi dengan teman-teman sebaya. Tapi tidak menutup kemungkinan juga dengan teman yang tidak seusia tapi cocok dengan kita. Karena menemukan sahabat atau teman yang cocok itu seperti menemukan vitamin yang bisa menyehatkan jiwa raga.
    Sekarang banyak komunitas yang mempunyai kegiatan khusus orang berusia lanjut. Bukan berarti orangtua semua. Karena komunitas ini memang menjadi wadah orangtua yang anak-anaknya sudah besar. Sehingga sudah tidak banyak disibukkan dengan urusan rumah tangga.
  • Menambah waktu lebih banyak dalam mendalami agama. Kalau di era digital ini, kita dengan mudah bisa melihat lewat channel Youtube siraman rohani dari pendakwah favorit kita.
    Mulai dari yang bersifat siraman rohani, belajar mengaji sampai cara makan minum sesuai ajaran nabi. Tinggal kita memilih mana yang bermanfaat bagi diri sendiri. Semakin kita mendekatkan diri kepada Tuhan, ada rasa tenang dan bahagia. Yang otomatis akan meningkatkan imun dari dalam tubuh kita. 
  • Yang tidak kalah penting adalah konsisten dalam menjaga pola makan dan gaya hidup. Karena itu juga memengaruhi kondisi badan kita dalam jangka waktu panjang. Baru terasa kalau sudah memasuki usia lanjut. Kalaupun ada rezeki lebih, bisa melakukan check up rutin ke dokter.
  • Mencari kesibukan yang sesuai dengan hobi. Karena saya hobi menulis, jadi memang saya lebih suka menghabiskan waktu untuk menulis di blog pribadi, di Kompasiana dan beberapa website yang saya punya. Karena hobi menulis tidak hanya bisa mengisi waktu luang, mengatasi kebosanan, tapi juga bisa melatih otak untuk selalu berpikir. Sehingga bisa mengatasi pikun.

Memang mungkin tidak mudah untuk mempraktekkannya. Tapi setidaknya, kita sudah mempersiapkan diri untuk bisa menikmati hari tua dengan nyaman. Tidak pingin mengganggu kehidupan anak-anak, meskipun kadang mereka juga tidak merasa terganggu.

IBU ADALAH SUMBER BERKAH DAN REJEKI BAGI ANAKNYA

Saya memang tidak ingin membahas atau menyinggung tentang berita yang lagi viral, 3 orang anak yang menitipkan ibunya ke panti jompo. Karena kita tidak tahu, apa sebenarnya yang terjadi di dalam kehidupan mereka. 

Tapi menurut saya, bagaimanapun kondisi seorang ibu tapi dia tetap sumber pahala dari anak-anaknya. Apalagi ketika sudah ditinggal meninggal suaminya. Kewajibannya berpindah kepada anak-anaknya. 

Ibu saya sejak tahun 2017 menderita alzaimer atau pikun. Sedangkan ayah sudah meninggal sejak tahun 2004. Kami 6 bersaudara sepakat untuk mencarikan perawat yang bisa fokus menemani ibu karena di samping semua anaknya bekerja, 4 orang tinggal di luar kota. 

Perawat itu tidur di rumah. Sehingga kami masih tetap bisa memantau kondisi ibu dan tentunya berada terus disampingnya. Saya jadi ingat kata-kata kakak saya yang tertua.

"Ibu memang sudah lupa dengan kita. Tapi kita yang harus selalu ingat dengan beliau. Karena ibu masih bisa mendoakan lewat batinnya. Naluri ibu tidak akan pernah mati sampai kapanpun. Jadi tetaplah menunjukkan bakti dan perhatian kepada beliau."

Meskipun ibu sudah tidak mengenali kami anaknya, tapi kami masih sering telepon, video call dan minta doa restu. Kakak saya kalau mau dinas ke luar kota atau ke luar negeri juga masih minta doa restu dari ibu. Bahkan dia akan cerita panjang lebar setelah pulang dari dinas. Ibu hanya mendengarkan. Tapi kami tahu, ibu bisa menerimanya dengan bahasa batinnya. Beliau pasti masih bisa turut merasakan bangga dan bahagia.

Alhamdulillah sampai beliau dipanggil Yang Maha Kuasa pada tanggal 02 April 2021 lalu, kami anak-anaknya diberi kesempatan untuk merawat dengan penuh kasih sayang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun