Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjadi Ibu yang CerMat untuk Bantu Mewujudkan Net-Zero Emissions

21 Oktober 2021   15:36 Diperbarui: 21 Oktober 2021   16:02 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi ibu yang CerMat untuk bantu mewujudkan net-zero emissions (dok.pri)

Menjadi ibu yang CerMat Untuk Bantu Mewujudkan Net-Zero Emissions - Tidak terasa sudah hampir 9 tahun saya berkecimpung dalam kegiatan mengelola Bank Sampah di lingkungan perumahan tempat saya tinggal. Waktu itu Bank Sampah belum sepopuler sekarang. 

Banyak tantangan dan halangan yang harus dihadapi ketika kita harus memberikan sosialisasi atau mengajari pada warga kampung bagaimana cara memilah sampah yang baik dan benar. Dengan tujuan supaya sampah tersebut bisa didaur ulang dan bernilai jual tinggi.

Salah satu magnet yang bisa membuat mereka tertarik untuk berpartisipasi adalah bahwa dari sampah-sampah tersebut bisa mendapat tambahan income dompet rumah tangga. 

Tapi tetap saja. Mereka selalu mencampur aduk semua sampah tanpa mau memilah. Mungkin karena malas atau juga karena ketidaktahuan. Yang jelas, saya dan pengurus lainnya tidak pernah berhenti untuk terus memberi arahan bagaimana cara memilah sampah dari cara membagi perkelompok dan sampah yang bisa bernilai jual tinggi.

Dengan berjalannya waktu, Bank Sampah di Indonesia semakin berkembang bahkan bisa melahirkan UKM-UKM yang handal dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan barang-barang  yang bisa dijual. Kemudian melahirkan bisnis baru bagi para ibu rumah tangga yang bisa dilakukan di rumah.

Dan satu lagi yang tidak pernah saya lupa. Tulisan saya tentang Bank Sampah yang saya ikutkan pada Lomba Aksi Untuk Indonesia dalam rangka merayakan Kompasianival tahun 2014, bisa menggondol hadiah ke 3. 

Sungguh kejutan yang tidak pernah saya sangka sebelumnya. Pertama kali ikut lomba menulis dan mendapat penghargaan yang cukup bergengsi bagi saya.

Baca juga : Inilah 3 Pemenang Blog Movement "Aksi untuk Indonesia"

Sekarang setelah 9 tahun berlalu, alhamdulillah saya masih bisa berkontribusi di Bank Sampah meskipun tetap di lingkungan perumahan tempat saya tinggal. Tidak dipungkiri, banyak banget manfaat yang bisa diambil dari pengelolaan Bank Sampah dilingkungan tempat tinggal kita sendiri. Disamping sampah menjadi lebih sedikit, lingkungan semakin sehat dan tentunya yang paling penting adalah adanya pemasukan ekstra yang bisa menambah tebal dompet para ibu rumah tangga. Dobel senengnya dong!

Tapi yang tidak kita duga sama sekali bahwa sejak awal tahun 2020 (tepatnya sejak pandemi) sampah plastik mulai melonjak lagi. Kenapa demikian?

Sampah Plastik Meningkat Di Kala Pandemi

Ketika memasuki awal tahun 2020 kemudian pandemi datang, mau tidak mau memaksa kita untuk berdiam di rumah dan melakukan semua aktifitas dari dalam rumah. Dari mulai bekerja dan sekolah yang dilakukan lewat daring (online), sampai berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Saya sendiri sangat membatasi berbelanja ke minimarket atau warung terdekat yang menjadi langganan sehari-hari. Dikarenakan kurva virus yang semakin tinggi dan status daerah yang masih masuk level merah. Sehingga untuk amannya, semua keperluan rumah tangga saya lakukan lewat belanja online.

Tapi pastinya tidak saya saja dong. Hampir semua masyarakat Indonesia juga melakukan belanja online untuk memenuhi kebutuhannya.

Dari hasil penelitian LIPI menunjukkan sebanyak 96% dari paket-paket yang terkirim menggunakan bungkus dengan bahan plastik diantaranya adalah selotip dan bubble wrap. 

Hal ini menyebabkan sampah plastik semakin bertambah selama pandemi. Padahal plastik memiliki andil besar terhadap pemanasan global. Sejak mulai proses produksi hingga menjadi tahap pembuangan dan pengelolaannya, plastik menghasilkan banyak gas rumah kaca ke atmosfer.

Sampah plastik yang selalu ada di setian rumah tangga (dok.pri)
Sampah plastik yang selalu ada di setian rumah tangga (dok.pri)

Apakah yang dimaksud Net-zero Emissions?

Akhir-akhir ini sangat popular istilah net-zero emissions atau nol bersih emisi (kalau dalam Bahasa Indonesia) atau tidak ada gas buang. Idealnya yaitu jumlah emisi CO2 yang dilepas harus sama dengan jumlah emisi CO2 yang diserap.

Dalam bahasa yang sangat sederhana dan mudah dipahami terutama bagi ibu-ibu rumah tangga seperti saya adalah untuk berpartisipasi dalam mewujudkan net-zero emissions langkah kita yaitu mengurangi penggunaan peralatan yang berbahan plastik.

Maka untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) setidaknya kita bisa melakukan hal seperti mengurangi penggunaan alat yang dalam prosesnya memproduksi karbon dioksida dan membantu mengupayakan penyerapan karbon dioksida. Poin ini bisa dilakukan di lingkungan terdekat seperti keluarga, lingkungan sekitar rumah atau seputar RT.

Peran ibu rumah tangga dalam mewujudkan net-zero emissions

Sebagai ibu rumah tangga, tentunya saya atau kita semua tidak bisa abai dengan sekeliling. Terutama masalah lingkungan. Karena semua berawal dari rumah kita, yaitu sampah rumah tangga.

Contoh paling sederhana adalah pemakaian tas kresek dalam kegiatan sehari-hari terutama ketika belanja. Dimanapun kita belanja, tas kresek menjadi primadona untuk membungkus barang belanjaan kita. Baik itu di level warung maupun di supermarket atau mall.

Tapi semakin lama kesadaran kita makin meningkat. Sudah banyak restoran yang menggunakan tempat makan dari kertas, tanpa sedotan plastik, juga juga tidak menyediakan tas kresek kalau membeli makanan di bawa pulang.

Nah, disinilah peran seorang ibu rumah tangga sangat penting. Siapapun dia, baik wanita pekerja kantoran ataupun punya usaha di rumah. Dia harus CerMat atau Cerdas dan Hemat dalam segala  hal.

Karena semua dimulai dari diri sendiri terutama lingkungan terkecil yaitu rumah tangga. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Sederhana tapi sangat bermakna, seperti halnya di bawah ini :

  • Memilah sampah. Di rumah saya menyiapkan 2 tempat sampah yaitu sampah basah dan sampah kering. Sampah basah tentunya adalah bekas makanan atau sampah dapur bekas memasak yang gampang busuk. Sampah yang bisa membusuk ini biasanya saya masukkan tempat sampah yang nantinya diolah menjadi kompso untuk pupuk tanaman. Sedangkan sampah kering adalah botol-botol atau kertas plastik bekas tempat sabun, sabun cuci, shampoo, odol  dan lainnya. Sampah kering nantinya akan disetorkan ke Bank Sampah setiap sebulan sekali.
  • Menghemat pemakaian listrik. Kebetulan rumah saya ada banyak jendela dan juga dinding dari kaca. Disamping untuk memudahkan sirkulasi udara, saya suka cahaya matahari. Sehingga kalau siang, cahaya di dalam rumah cukup terang. Jadi saya hampir tidak menggunakan lampu kalau siang hari. Kecuali yang benar-benar dibutuhkan seperti ngecas laptop atau hape. Itupun memakai stop kontak yang masing-masing colokan ada on dan off. Supaya kalau tidak dipakai bisa dinon-aktifkan.
  • Menanam tanaman toga di rumah. Setiap bulan selalu ada himbauan dari pihak RW dan RT untuk menanam dan memelihara tanaman toga (tanaman obat keluarga). Sebenarnya sudah cukup lama himbauan ini, tapi setiap bulan selalu diingatkan untuk bisa ditambah tanaman toganya. Disamping untuk menjaga udara tetap segar, juga bermanfaat untuk kebutuhan obat-obatan herbal.
  • Menggunakan masker dari kain. Di masa pandemi ini, masker menjadi satu kebutuhan yang sangat vital. Tapi sampah masker sejak pandemi juga sangat meningkat. Tentu saja sangat meresahkan karena sampah masker ini sangat susah untuk diurai. Sehingga banyak disarankan untuk menggunakan masker kain. Bisa membuat sendiri atau membeli karena sekarang banyak pengusaha yang membuat masker dengan sangat kreatif dari sisa kain bekas. Jadi harganya lebih miring. Disamping kita bisa berhemat, juga bisa membantu pengusaha rumahan bisa berkembang.
  • Menggunakan transportasi Suroboyo Bus. Bagi yang tinggal di Sidoarjo serta Surabaya dan sekitarnya pasti tidak asing dengan Suroboyo Bus. Yaitu kendaraan bis kota yang cara pembayarannya dengan menggunakan sampah botol plastik. Bisa secara langsung maupun ditukarkan di pos bank sampah yang telah ditunjuk. Ibu-ibu sangat antusias sekali, karena rute perjalanan Suroboyo Bus ini sangat jauh. Jadi kalau hendak bepergian, pastinya sangat menghemat ongkos. Bisa juga membaca ulasan saya berikut  ini :  Suroboyo Bus, Kendaraan Bu Risma Wujudkan Kota Surabaya Bebas Sampah Plastik

Memakai listrik secukupnya (dok.pri)
Memakai listrik secukupnya (dok.pri)

Apabila kita konsisten melakukan apa yang telah kita putuskan seperti 5 poin diatas, berarti kita telah membantu menjaga lingkungan untuk semakin lebih baik. Sebagai ibu rumah tangga, kita mempunyai peran yang besar karena untuk mewujudkan net-zero emissions bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah.

Dok SIPSN
Dok SIPSN

Data di atas adalah capaian kinerja pengelolaan sampah pada tahun 2020 dari 275 kabupaten/kota se Indonesia. Diambil dari website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

Lingkungan rumah yang sehat pastinya tidak hanya berpengaruh pada tumbuh kembang anak-anak untuk menjadi generasi yang kuat. Tapi juga memberikan contoh pada mereka bagaimana menjaga lingkungan untuk masa depan mereka kelak.

Sumber :

SIPSN Menlhk

Econusa.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun