Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] "Aku juga mencintaimu Bayu"

2 Oktober 2015   21:02 Diperbarui: 3 Oktober 2015   19:38 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku tidak akan mengucapkan cinta lewat kata-kata. Aku akan buktikan lewat kesetiaan dan pengabdian kelak sebagai istrimu Bayu. Aku tidak mau seperti ibuku, yang mengobral kata cinta ke semua laki-laki. Akhirnya mengkhianati bapakku. Aku tidak mau kamu kelak menilaiku seperti itu."

 

***

Asih tetap tidak bergeming ketika butiran hujan semakin deras mengguyur bumi. Pantai putih itu kini menjadi gelap. Badannya sudah basah kuyup, demikian juga baju yang dikenakannya. Tapi dia tak peduli. Matanya nyalang menantang langit yang sudah berubah hitam pekat.

“Dimana kamu bersembunyi bintang? Kenapa kamu takut menemaniku malam ini...?” teriak Asih sekeras-kerasnya.

Tapi suaranya hilang tertelan petir yang menggelegar.  Isak tangispun meledak. Seperti dadanyayang membuncah karena rasa kecewa. Air matanya berbaur dengan tetesan hujan yang makin tidak bersahabat. Ketika tiba-tiba tangan kuat menarik tangannya untuk kemudian berlindung di bawah payung. Asih meronta untuk tetap bertahan membiarkan badannya di guyur hujan.  Dia ingin hujan menelan lumat-lumat raga yang di rasa sudah tidak berharga ini. Tapi tangan itu terlalu kuat.

Asih menatap marah ke arah bapaknya yang tetap berusaha melindunginya dari guyuran hujan. 

“Aku nggak mau pulang, pak. Aku harus tetap disini sampai Bayu datang. Karena aku sudah berjanji untuk menunggunya sampai kapanpun.” suara Asih lantang menunjukkan protes atas kehadiran bapaknya.

“Dia tidak mungkin datang, nak. Bayu sudah tenang di alamnya. Kamu harus bisa menerima kenyataan ini.” Suara bapak Ranti tidak kalah keras, untuk melawan suara hujan yang makin deras.

Mata Asih langsung menyalang menahan marah. Dia tidak terima atas ucapan bapaknya itu. Dia yakin Bayu tidak akan pernah pergi meninggalkan dia sendirian. Bayu akan selalu menemani dia ketika menyambut senja dan menapak hari di pantai penuh kenangan ini.

Asih berlari kencang melepas pegangan bapaknya. Menembus malam sambil menangis tergugu. Antara bayangan dan kenyataan berkecamuk dalam pikiran dia yang mulai menyadari. Bahwa Bayu tidak akan pernah lagi menemani hari-harinya bermain di pinggir pantai. Memandang langit biru dan gulungan ombak yang menderu. Menanti senja yang berganti malam. Dan satu hal lagi, Bayu tidak akan pernah mendengar jawaban cinta yang selama ini dia tunggu keluar dari bibir Asih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun