Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kisah Buyung dan Negeri Bunian serta Miskonsepsi Kita terhadap Kepedulian

10 Mei 2022   07:39 Diperbarui: 10 Mei 2022   07:43 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari StockSnap, Pixabay

Maka dari itulah, terkadang orang-orang memang sebenarnya diciptakan dalam sifat seperti Buyung. Mereka terkadang meludahi wajah anda dan menamparnya dengan keras agar anda tersadar dari apa yang membuat anda fokus didalamnya. Hal yang membuat anda terlena dan tidak sadar bahwa anda hanyalah manusia.

Selepasnya, Bumi dan alam serta penciptanya juga memiliki sifat yang serupa. Mereka akan membuat anda terbangun dari apapun yang membuat anda terlena. Misalkan saja dalam hidup anda yang monoton, kejadian buruk tiba-tiba saja menabrak hidup anda dan membuat anda terpelanting. Kendati menyakitkan, bukankah hal tersebut yang membuat anda kembali sadar?

Ketika masalah terlalu besar menimpa, kita kemudian sadar bahwa diri kita hanyalah hamba. Kita kembali kepada pangkuan Tuhan, bersimpuh di tempat ibadah dan menangis sejadi-jadinya. Pada titik ini, kita kembali sadar memang ada beberapa hal yang tidak akan pernah bisa kendalikan, dan hal yang bisa kita lakukan adalah bertahan sampai menunggu kapan badai itu akan berhenti.

Namun seperti yang saya katakan sebelumnya, kita terlalui egois dan menganggap kepedulian haruslah datang dengan cara yang baik. Padahal kepedulian bisa saja berasal dari hal-hal yang menampar kita keras, menyadarkan diri kita bahwa kita bukanlah siapa-siapa.

Miskonsepsi terhadap kepedulian ini kemudian menjadikan kita menutup diri, mengatakan bahwa siapapun di galaksi ini tidak pernah peduli dengan kita. 

Kita menutup diri kita dan tidak pernah membuka diri, berdiam pada gelapnya gua keegoisan tanpa pernah menyadari bahwa jutaan orang menanti kita untuk keluar, dan dari celah langit, matahari menghangatkan Bumi dengan cara yang paling indah, dengan kehangatan yang membangkitkan bunga pada musim semi.

Kita bisa mengatakan orang-orang di dunia ini tidak peduli, namun bisa jadi mereka sebenarnya peduli. akan tetapi dengan cara yang berbeda. selayaknya pohon dan matahari, anda tidak bisa memaksa pohon untuk bercahaya, juga tidak bisa memaksa matahari untuk memberikan anda oksigen.

Tapi anda bisa memaksa diri anda untuk menerima semua hal-hal buruk yang terjadi, merasakannya dalam-dalam dan menyadari bahwa segalanya adalah bentuk kepedulian yang kita lihat dengan kacamata yang berbeda.

Selasa, 10 Mei 2022; Mengenai cerita Buyung dan Negeri Bunian bisa anda baca secara terpisah sebab ceritanya membuat saya terlalu berfantasi. Atau anda bisa mengklik tautan tersebut.

Artikel Sebelumnya : Polemik Baju Lebaran dan Runtuhnya Makna Ramadhan

Artikel Sebelumnya : Ramadhan Sebagai Cermin Sifat Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun