Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintaku di Stasiun

19 September 2022   14:12 Diperbarui: 19 September 2022   16:10 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Pemberhentian selanjutnya setasiun Manggarai. Jaga barang bawaan anda dan hati-hati melangkah.  Pintu akan dibuka" Suara announcer KRL bergema pertanda perjalananku tipa sampai tujuan. 

Segera ku langkahkan kaki menuju pintu  kereta, sekilas ku lirik gawai ditangan, jam menunjukan pukul 21.00. dengan kondisi penat dan lelah, aku melangkah.

Tiba-tiba seorang pria menabrak, dan badanku langsung oleng.

Brukk! "awuh " aku  terjatuh.

 Pria di depan ku pun terduduk, dengan sigap dia langsung berdiri dan mengambil gawai yang tergeltak, dan langsung masuk kereta.

Dalam keadaan setengah sadar akupun berteriak "hey itu hp ku tolooong, jambret" .

Beruntung, seorang pria di dalam kereta mendengar teriakan ku, dan langsung bergerak.

Sementara pintu kreta segera tertutup dan kembali berjalan.

 "Ya Allah semoga masih Rizki ya Allah" doaku dalam hati, tak bisa ku pungkiri rasa cemas ini.

Hatiku galau penuh harap,  semoga ada keajaiban, tak banyak bisa berbuat selain berdoa.

30 menit sudah berlalu' tak ku langkahkan kaki dari peron di mana aku turun tadi. Sementara suasana stasiun sudah mulai sepi, berharap  pemuda tadi muncul membawa benda ajaib ku. Hatiku mulai cemas 

"Mbak, mbak yang tadi handphon nya di jambret ya ?" Teriak seorang pria dari peron seberang, sambil melangkah kaki menuju peronku. Hatiku sekatika bersorak melihat pria tadi mengacungkan hp yang sangat kukenal. 

 "iya mas, itu saya, gimana mas ? Tanya ku memastikan meski kegembiraan tak bisa ku sembunyikan.

" Alhamdulillah  ini mbak, handphone nya, jambretnya sudah di amankan petugas. Lain kali hati-hati ya mbak"  Seraya menyerahkan benda kesayangan ku 

"Makasih ya mas, mas jadi putar balik dong ?" Tanya ku ga enak hati meski sangat bahagia.

"Ga apa mbak, saya kan cowok, tujuan saya dekat, Depok. oiya mbak nya pulang ke mana ? Ini udah malem , ayok saya antar ?" 

Tawar pemuda berhidung mancung ini.

"Oh iya saya furkon saya tinggal di kosan daerah Pondok Cina, kos-kosan anak UI"

"Oh mas mahasiswa UI, aku Yasmin dari UNJ aku tinggal dekat sini" 

Sambil berjalan keluar stasiun kami pun ngobrol santai sampai tiba di gerbang gang perumahan tempatku tinggal.

"Mas, itu kosan ku, tidak jauh," ucapku menyudahi obrolan kami. Malam sudah larut dan aku tidak mungkin menawarinya untuk mampir. 

"Terima kasih banyak ya mas furkon, maaf tidak menawari mampir, mumpung kreta arah Bogor masih ada, mas furkon segera lah pulang" 

Kamipun saling bertukar nomor handphone dan berjanji saling mengirimi kabar. 

***

Hari ini aku bergegas menuju stasiun. Untuk perjalanan ke UI, mas furkon berjanji hari ini kami jalan untuk mencari buku-buku. Tak berasa satu semester sudah perkenalan kami. 

Tiba di stasiun UI segera aku mengabari

[Mas Furkon, aku udah nyampe stasiun UI]

[aku tunggu di stasiun peron 2, nanti mas wa aja kalo udah di pintu stasiun]

Ting.

Tidak lama balasan mas furkon masuk.

[Ok tunggu di sana, aku otw ] 

Ku baca pesan darinya dengan penuh senyuman. Entah kenapa ada rasa nyaman dan senang kala bersamanya.

Ting 

[Kamu di mana dek ?.] 

[Mas di pintu masuk kamu ke sini, keluar biar mas ga beli tiket]  

Dug dug dug! Jantungku berdegup kencang menyadari sebanter lagi bertemu dengan mas furkon,  yang telah mengisi  hati ini.

Ku rapihkan penampilan sebelum kakiku melangkah keluar.

[ Aku ke  pintu, mas ]   

Kulihat sosok mas furkon di gate stasiun, melambaikan tangan, ku gegas kaki menuju ke arahnya. 

Tap! Ku tempelkan kartu KRL untuk keluar. 

"Yuk dek, kita makan dulu ya, di kantin UI.  Kamu pasti suka" ajak mas furkon dengan wajah sumringah.

Hari ini hatiku senang sekali, mas furkon mengajakku makan, dan berkeliling UI, selanjutnya mecari buku dan berdiskusi apa saja.

"Mas gimana persiapan sidangnya ? Semoga sukses ya" tanyaku sekaligus menyemangati dengan tulus. 

"Alhamdulillah kalo tidak ada halangan bulan depan aku Sidang dan semester ini aku ikut wisuda insya Allah."Jawabnya antusias dan penuh semangat 

Aku turut bahagia, meski ada sedikit hawatir, kelak kami akan berpisah.

"Setelah lulus mas pulang kampung ? " Tanya ku untuk menghibur hati yang berharap.

"Enggak lah. Mas kerja di jakarta" jawabnya pasti. Yes aku bersorak dalam hati. 

Aku pulang diantar menggunakan motor, waktu belum terlalu sore jadi jalanan Jakarta masih sedikit lengang.

"Dek jaga kesehatan" besok mas tunggu di stasiun, kita ke Perpusnas" mas furkon mengajakku jalan lagi esok.

"Ok mas" jawabku tentu saja hatiku berbunga, segera ku langkah kaki menuju gang Di mana kosanku berada. Dengan muka  tersipu ku lambaikan tangan 

***

Kami sering jalan bersama, entah ke Perpusnas, ke taman Ismail marjuki, ke  UI, hadiri diskusi, atau ke UNJ.

Ting 

[Dek besok mas sidang mohon doanya ya ] satu pesan dari mas furkon

[Alhamdulillah semoga lancar mas ]

[Jangan lupa bismillah tarik nafas dan tenangkan hati ] ku semangati dia 

Sejak kabar sidang, mas furkon tidak mengabariku lagi. Aku maklum tentu saja dia sedang fokus persiapan banyak hal, pasti cukup menguras konsentrasi dan waktu.  Namun rindu ini menyiksa ku 

Tiada hari aku lalui tanpa membuka hp. Berharap ada pesan darinya .

***

Ah aku coba saja menanyakan kabarnya 

[Bagaimana kabar mas ? ]

[ Beres sidangnya ] 

Berharap mas Furkon segera membalas pesanku, Kreta tujuanku telah tiba dan aku pun segera masuk dan duduk bersandar.

Ting 

Ah ini dia, hatiku girang mendapati satu nama yang ku rindukan.

[Dua hari lagi kita ketemu ya de]

 [ Bulan depan aku wisuda]

[Oh iya kah mas ? Yasmin turut bahagia] ku balas pesannya dengan membubuhi emot senyuman tanda turut senang.  

Tak sabar ingin segera bertemu mas furkon, firasat ku, akan ada kejutan, mungkin dia mau nembak aku.", hanyalku melambung tinggi,   

***

[Udah di mana mas aku udah di stasiun ] 

Ku kirimkan pesan padanya.

Ting 

[Tunggu ya aku bentar lagi nyampe]

Tidak lama, suara yang ku kenal membuat jantungku berdegup. 

Yasmin hey... Sebuah wajah cerah berkaca mata, di depanku membuat wajah ini bersemu. 

Dua bulan tidak bertemu, mas furkon semakin ganteng saja . 

"Hay mas" kuberikan senyuman termanis untuknya.  

"Yasmin Minggu depan mas wisuda,  ucap mas furkon dengan binar kebahagian 

"Alhamdulillah mas," wah sepertinya tidak lama lagi dia akan mengungkapkan perasaanya, batinku . aku tersenyum memikirkan harapku tak lama lagi akan terwujud

"Hey ngapain senyum-senyum gitu," mas furkon mengibas tangannya di mukaku.

"Ah mas furkon iseng deh "

"Ahahah " kami tertawa bersama.

Baru kusadari, dibelakang kami berdiri seorang wanita, muda cantik berjilbab lebar, tersenyum manis pada kami.

"Oiya Yasmin, kenaln .ini Aisyah. Mas dan aisyah akan wisuda bareng besok, " Gadis bernama Aisyah tersenyum mengangguk dan mengulurkan tangan . 

Seperti nya dia lembut dan sopan, cantik dan terkesan sangat cerdas. "Yasmin" ku sambut tangannya dan kami berkenalan 

Entah kenapa ada rasa iri dan cemburu dihari ini,

"Dek maaf ya" 

"Mas Furkon ga bisa lama, mas dan Aisyah dalam persiapan, dua bulan setelah wisuda kami akan menikah, di Jakarta."

"Kamu hadir ya dek. 

"Ini surat undangan nya, Mas khusus buatkan untuk mu." mas tinggal ya dek", pamit mas furkon sambil mengusap kepalaku dan tersenyum.

Ku pandanagi kepergian mereka dibawa oleh kreta dan berlalu menjauh. 

Prakkk! 

Ada yang pecah berkeping di hati ini, perih sedih, terluka kecewa. 

"Mas kalo kamu sudah punya calon, kenapa kamu tidak biang mas, jadi selama ini hanya sekadar teman ? Kamu tidak peka dengan sinyal yang aku rasakan ? 

Di peron di mana aku bertemu pertama kali dengannya. 

Ku biarkan air mata mengalir deras, dengan suara jeritan dalam hati, ku abaikan tatapan aneh orang sekitar stasiun. Aku pergi dengan gontai. 

***

Tap! . Ku tempelkan kartu pada mesin pintu masuk stasiun. 

Hari ini aku pulang, kembali ke kampung halaman, setelah kuliahku selesai dan gelar S1 ku sandang. 

Kreta yang akan membawa ku menuju arah pulang telah tiba, segera ku langkahkan kaki masuk, mencari tempat duduk paling pojok untuk bersandar. Meratapi nasib baik yang belum mau berpihak. 

Bantinku terluka, jikwaku merana, pertemuanku dengan mas furkon yang singkat menyisakan luka yang dalam.

Entah luka ini kapan akan sembuh.. Selamat tinggal stasiun, selamat tinggal mas furkon, semoga engkau bahagia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun