Mohon tunggu...
mavi
mavi Mohon Tunggu... Bankir - I'm the straw to your berry

Menulis adalah pelarian yang paling nyaman ketika benang-benang dikepala sudah mulai kusut dan butuh diuraikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lamaran

6 Desember 2018   18:36 Diperbarui: 6 Desember 2018   18:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanganku masih tergantung didepan.

See...? Paling juga kau tak berani. Dan aku akan terbangun di kasurku yang berantakan.

Kau tertawa, masih menatapku tak percaya tapi kau mengulurkan tanganmu.

'Tidak! jangan berani mengulurkan tanganmu atau aku akan terbangun sedetik sebelum atau sesudah tanganmu menyentuh tanganku. Tidak.. jangan.. kumohon... Aku tak ingin ini berakhir.. Aku tak ingin ini hanya mimpi.'

Kemudian tanganmu menemui tanganku.

Bukan hanya menyentuh, tapi menggenggamnya.

Seketika nyawaku seolah ditarik ke ubun-ubun.

Ku hitung satu detik,

dua detik.

Kau tak menghilang. 

Aku mencoba meremas tanganmu. Kau tersenyum menyakinkan bahwa ini nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun