Tanganku masih tergantung didepan.
See...? Paling juga kau tak berani. Dan aku akan terbangun di kasurku yang berantakan.
Kau tertawa, masih menatapku tak percaya tapi kau mengulurkan tanganmu.
'Tidak! jangan berani mengulurkan tanganmu atau aku akan terbangun sedetik sebelum atau sesudah tanganmu menyentuh tanganku. Tidak.. jangan.. kumohon... Aku tak ingin ini berakhir.. Aku tak ingin ini hanya mimpi.'
Kemudian tanganmu menemui tanganku.
Bukan hanya menyentuh, tapi menggenggamnya.
Seketika nyawaku seolah ditarik ke ubun-ubun.
Ku hitung satu detik,
dua detik.
Kau tak menghilang.Â
Aku mencoba meremas tanganmu. Kau tersenyum menyakinkan bahwa ini nyata.