Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trilogy Ahok: The Silent Majority (Bagian 3 - Habis)

19 Desember 2016   16:10 Diperbarui: 22 Januari 2017   17:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya ingin cerita ini supaya Bapak Ibu semangat. Jadi ga usah kepikiran, aaa... nanti kalo ga kepilih, pasti Ahok programnya bubar, engga, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil, Bapak Ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pake surat Al-Maidah 51 macem-macem gitu lho, itu hak Bapak Ibu.”

Jadi Ahok memastikan bahwa bagi masyarakat yang berkeyakinan bahwa Gubernur tidak boleh non-muslim, thus tidak memilih Ahok, tidak usah khawatir, karena semua program yang Ahok canangkan akan jalan terus. Mari kita berbesar hati, membuka hati dan pikiran kita. Video ini memberikan keteladan bagaimana seorang pemimpin seharusnya bersikap; berlaku adil dan membantu rakyatnya dengan tulus ikhlas, tanpa meminta timbal-balik untuk memilihnya di Pemilu yang akan ia ikuti.

Setelah menonton penuh tayangan di atas, mari kita kembali menanyakan kepada diri kita, kepada lubuh hati kita yang paling dalam, “Apakah kita yakin bahwa Ahok benar-benar menistakan Islam, atau kita hanya tidak mau dia jadi gubernur karena ia non-muslim dan keturunan Cina?”.

Mari kita jujur kepada diri kita. Berapa banyak dari kita yang sejak kecil ditanamkan rasa benci kepada etnis Cina yang diwariskan oleh orang tua-orang tua kita. “Dasar Cina! Dasar Akew! Dasar Kafir!” Bahkan sampai ada ungkapan, “Kaya dipukulin Cina tapi ga bisa bales!” Saya adalah generasi yang dibesarkan dengan rasa kebencian seperti itu. Saya tidak akan membahas tentang polemik Cina di tulisan ini. Saya hanya ingin mengemukakan fakta bahwa masih ada rasa benci di hati sebagian saudara-saudara kita terhadap etnis Cina. Ketika ia bertemu dengan ajaran yang fanatik dan intoleran, maka tidaklah sulit membenci Ahok yang kafir dan keturunan Cina. Padahal dalam Al-Quran disebutkan, “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongm kamu untuk berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa” (Q.S. Al-Maidah: 8).

Ketika kita memberikan mimbar Jumat kepada Habib Rizieq di Monas, maka kita secara tidak langsung menyetujui aksi intoleran, anarkis dan main hakim sendiri yang selama ini dilakukan oleh FPI. Tidak mengherankan, jika tak lama setelahnya ada pembubaran kebaktian di Bandung, penurunan Baliho universitas Kristen di Jogja, dan teriakan-teriakan anti Cina dan kafir pun semakin sering terdengar. Wajah Islam dan ulama yang damai, bijak, santun dan penuh kesejukkan, telah diganti dengan wajah yang penuh amarah dan kebencian.

Bagi saya, potret ulama itu, salah satunya, adalah seperti KH. Mustofa Bisri (Gus Mus). Orangnya sejuk, bijak, penuh kedamaian. Ketika ada seseorang bernama Pandu Wijaya yang menghinanya di twitter, ia tidak marah, bahkan langsung memaafkannya. Ia bahkan meminta kepada perusahaan tempat Pandu bekerja (PT Adhi Karya) agar tidak memecatnya. Ia menjamu makan Pandu yang datang ke kediamannya untuk meminta maaf. Baca kisahnya di sini.[5]


“Tidak ada yg perlu dimaafkan, Mas Fadjroel. Kesalahannya mungkin hanyalah menggunakan 'bahasa khusus' di tempat umum. Maklum masih muda. Saya mohon jangan sampai si karyawan dipecat, sebagaimana usul sementara orang,“ tulis Gus Mus.

Hinaan dibalas dengan kata-kata yang santun. Karena keteladanannya ini lah, orang yang tadinya menghina beliau, berubah menjadi hormat kepada beliau. Satu persatu penghina Gus Mus datang ke rumahnya untuk meminta maaf.[6]

Beliaulah ulama sesungguhnya yang meneladani akhlak Rasul SAW. Seperti kata Muhammad Asad, “Don’t judge Islam (The Quran) by the behavior of Muslims but judge Muslims by Islam (by what the Quran says).” Berikut sebuah video yang menggambarkan indahnya akhlak Rasul SAW yang bertolak belakang dengan perilaku sebagian kelompok yang mengklaim dirinya Muslim, “Nothing to do with my prophet!”[7] 


Jika dari teman-teman ada yang memiliki kelapangan waktu, sudi kiranya membuatkan terjemahan dari video di atas, dan meminta izin kepada pengunggahnya untuk mem-publish versi subtitle bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun