Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Lilitan Smartphone dan Otak Lemot

6 Agustus 2025   16:01 Diperbarui: 8 Agustus 2025   19:15 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengaruh smartphone pada otak|gambar diolah Meta AI

Lemot adalah satu dari sekian kosakata dalam bahasa Indonesia. Lemot identik dengan lamban. Penggunaan lemot sering dipadukan pada komputer dan juga orang. Saya ingin membahas lemot dari sudut pandang orang.

Saat ini, penggunaan smartphone tidak lagi sebatas pada kalangan muda-mudi. Anak-anak, remaja, sampai orang dewasa seakan terlilit oleh smartphone. 

Saya memakai kata terlilit bukan tanpa alasan. Idealnya, terlilit bermakna terjerat secara fisik. Efek penggunaan smartphone sudah pada tahap melilit pemakainya. Seakan sulit terlepas dan melepaskan diri. Seperti seseorang yang terlilit utang.

Terlilit smartphone|gambar diolah Meta AI
Terlilit smartphone|gambar diolah Meta AI

Pagi ini ketika mengajar kelas bahasa Inggris, saya mengajukan sebuah pertanyaan pada beberapa mahasiswa. Saya ingin melihat sejauh mana mereka bisa berpikir cepat dan menjawab secara lugas. 

Pertanyaan yang saya ajukan sejalur dengan materi yang sedang kami bahas, yaitu pemakaian smartphone di kalangan anak-anak. Saya mengajukan pertanyaan sederhana, "apa saran positif bagi pengguna smartphone di kalangan anak-anak?

Mereka berpikir sejenak mencari jawaban. Saya ingin mereka menjawab secara spontan tanpa harus memberi jeda lama. Namun, jawaban yang dinanti tak kunjung datang. 

Setelah saya memberi beberapa kata kunci, baru terdengar jawaban singkat. Diantaranya, tidak memberikan smartphone pada anak dan membatasi pemakaian smartphone. 

"Jangan sampai seperti saya", jawaban terakhir keluar dari mulut seorang mahasiswa yang sedari tadi sibuk membuka smartphone di dalam kelas. Semua kami terdiam sejenak. Lalu, saya mengajukan pertanyaan, what do you mean?

Barulah ia memberi penjelasan tentang asal usul kacamata yang dipakainya. Ternyata, efek dari penggunaan smartphone mempengaruhi penglihatan kedua matanya. 

Disini, kami belajar tentang sebuah nasehat dilengkapi sebuah bukti tak terbantahkan. Fakta yang saya saksikan langsung juga memberi data yang sama. Siswa-siswi begitu melekat pada smartphone. Seperti lem setan! silahkan googling makna lem setan. hehe

Video-video pendek memberi efek buruk pada otak. Akibatnya, fungsi kognitif melemah, daya pikir menurun, konsentrasi memendek. Itulah penjelasan makna kata lemot.

Kebiasaan menghabiskan waktu di depan smartphone menciptakan rasa senang berlebih. Hal ini dipicu oleh produksi hormon endorfin. Sosial media menjadi pemicu terbesar. Seperti isi komentar, tombol like dan juga video pendek tak berujung.

Jika ini terus berlanjut, sistem kerja otak terganggu. Manusia membutuhkan aktivitas luar lebih banyak untuk mendapatkan stimulasi otak terbaik. Sayangnya, pengaruh smartphone telah memangkas waktu bermain anak di luar ruangan. 

Anak-anak dewasa ini lebih memilih menghabiskan waktu di dalam ruangan sambil menatap layar ketimbang bermain bersama teman-teman sebaya di lapangan atau taman. 

Fenomena seperti ini hampir terjadi di semua tempat. Di Amerika sendiri, aktivitas fisik di luar ruangan menurun sejak tahun 90 an. Dampak negatif ini dipengaruhi oleh kehadiran smartphone. 

Menariknya lagi, efek smartphone menghadirkan istilah-istilah baru yang tidak dikenal pada era 80 an ke bawah. Diantaranya, sebutan mental illness, anxiety, dan depression. 

Seorang dosen asal Amerika menulis sebuah buku menarik berjudul the anxious generation. Saya takjub membaca fakta dan data yang disajikan penulis dalam buku ini. 

Penggunaan smartphone pada anak-anak dan remaja membuat otak kehilangan keseimbangan. Khususnya pada wanita, smartphone menyebabkan kecemasan berlebih. 

Efek smartphone pada pria dan wanita sedikit berbeda. Wanita lebih mudah membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, sehingga level kecemasan gampang meningkat saat sisi negatif media sosial melilit kepribadian pengguna smartphone. 

Pada pria, efek smartphone menciptakan rasa adiktif, seperti kecanduan pada gim dan konten pornografi. Alhasil, fungsi bagian otak seperti prefrontal cortex mengalami degradasi. 

Tidak hanya itu, bagian hippocampus juga melemah. Proses belajar terganggu, begitupula daya ingat yang seiring waktu menurun. Dan, satu fakta ilmiah lain berhubungan dengan area otak yang disebut amygdala. 

Amygdala memiliki fungsi penting merekam emosi. Menariknya, pemakaian smartphone pada level berlebih mengarah pada aktivasi area amygdala. Konten negatif memancing emosi yang tidak semestinya terjadi. 

Penelitian membuktikan jika anak-anak terpapar oleh konten negatif, area amygdala ikut terkena dampak negatif. Idealnya, area otak amygdala tidak terpancing di umur anak yang masih belia. 

Fakta di lapangan tentu jauh berbeda. Anak-anak dengan mudahnya melilit dirinya bersama smartphone. Bahkan, orang tua dengan kesadaran penuh membiarkan anak terpapar konten-konten yang jauh dari kata mendidik. 

Inilah mengapa banyak anak-anak yang mengalami gangguan belajar karena sulit fokus. Area otak yang seharusnya diproteksi sejak kecil malah dibiarkan tergerus perlahan akibat pemakaian smartphone tanpa panduan ketat. 

Ya, begitulah kondisi saat ini. Orang tua perlu bersikap bijak dalam hal mendisiplinkan anak. Terkhusus pada aspek pemberian smartphone pada anak. 

anak-anak terlelap di layar smartphone|gambar diolah Meta Ai
anak-anak terlelap di layar smartphone|gambar diolah Meta Ai

Bukan tidak mungkin kedepannya anak-anak terbiasa menyelami kehidupan orang dewasa dari tontonan. Mereka tenggelam dalam lautan konten yang pelan-pelan memakan sel-sel otak. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun