Kita masih bisa bertahan hidup tanpa rumah. Namun, ketiadaan pohon di sekitar kita perlahan mengurangi jatah kehidupan. Pohon-pohon di sekitar kita juga membantu menfilter polusi.Â
Tanpa kehadiran mereka, bukan hanya suplai oksigen berkurang, tapi kualitas oksigen menurun. Sayang seribu sayang, manusia sering bertindak cerobah karena mungkin terlalu pintar.Â
Pohon-pohon besar dengan daun-daun yang meneduhkan kadang kala terkena imbas pembangunan. Mereka ditebang dalam sekejap, menyisakan ruang terbuka yang semakin panas terkena terik matahari.Â
Komplek perumahan dewasa ini mengedepankan aspek estetika keindahan. Area terbuka hijau semakin terpinggirkan. Area depan rumah tertutupi oleh semen. Bahkan, ruang untuk menanam satu batang pohon tergantikan kanopi baja.
Perumahan tidak lagi mengedepankan kehidupan berkepanjangan. Pohon-pohon besar hanya ditanam sebagai tempat berteduh. Tidak jarang mereka dianggap mengganggu karena daun-daun yang luruh dijalanan.
Pernahkah kita berpikir betapa sebatang pohon besar memberi kehidupan lewat dedaunan?
Di bawah pohon-pohon besar itu tetangga saling menyapa, berteduh dan menukar cerita kehidupan. Di sudut-sudut jalanan kota, pohon-pohon besar membawa keteduhan bagi pengendara yang sedang melewati jalanan.Â
Ribuan polusi kendaraan setiap harinya difilter oleh pepohonan, lalu oksigen alami ditebar. Adakah pohon meminta manusia membayarnya?Â
Kita semua berhutang budi pada sebatang pohon besar. Untuk setiap kadar oksigen yang kita hirup, untuk setiap racun yang disaring, dan untuk cuaca teduh yang dihasilkan.Â