Aceh adalah provinsi satu-satunya yang menerapkan syariat Islam di Indonesia. Dalam kehidupan orang Aceh, nilai adat istiadat dan budaya selalu bersandar pada agama Islam.
Pawai takbir keliling sudah menjadi sebuah tradisi yang begitu akrab dalam kehidupan orang Aceh. Takbir menyambut lebaran idul Fitri dan idul Adha menjadi momen paling ditunggu oleh masyarakat luas.
Suasana takbir keliling Idul Adha menunjukkan keakraban dan kebersamaan antar sesama. Begitulah yang terlihat tadi malam saat menonton pawai takbir di halaman depan Masjid Raya Baiturrahman.
Saya mendapati dua orang asing asal Eropa yang juga begitu antusias menyaksikan pawai takbir. Walaupun mungkin mereka bukan beragama Islam, tapi mereka berdua terlihat sangat antusias berjalan kaki untuk melihat lebih dekat sebuah tradisi di provinsi Aceh.
Para penjual makanan juga memanfaatkan momen pawai takbir untuk berjualan di pinggir Jalan. Pawai diikuti oleh perwakilan puluhan desa di kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar.
Penilaian Takbir keliling dilakukan oleh panitia khusus. Mereka menilai kekompakan tim, dekorasi mobil, dan juga kefasihan bacaan takbir tim.
Biasanya setiap tim memakai pakaian seragam yang sudah dipilih oleh pemimpin perwakilan desa. Temanya bisa berbeda-beda antar tim. Begitu pula hiasan pada mobil yang digunakan.Â
Ada yang membentuk bangunan ka'bah, kapal, atau dekorasi unik lainnya. Mereka sudah mulai menghias mobil beberapa hari sebelum pawai takbir dimulai. Tim yang menang berhak mendapatkan uang pembinaan yang sudah disiapkan oleh panitia takbir.
Rute takbir melewati pusat kota Banda Aceh dimulai dari halaman depan Masjid Baiturrahman. Kawasan yang dilintasi pawai takbir dipenuhi masyarakat yang ingin melihat langsung dari jarak dekat.
Orang tua membawa anak-anak untuk menyaksikan momen pawai takbir. Sebuah suasana yang bakal dikenang seumur hidup dikala dewasa. Suara bacaan takbir menggema, rombongan tim pawai takbir memegang obor mengikuti mobil berjalan kaki sambil bertakbir.Â
Tradisi keislaman di provinsi Aceh telah berlangsung lama sejak masa kesultanan di abad ke 13. Islam bukan sekedar kata, tapi pada hakikatnya perjalanan hidup bagi setiap rakyat Aceh. Nilai-nilai keislaman melekat kuat dalam tradisi dan adat istiadat.
Kota Banda Aceh sendiri termasuk kota tertua di Indonesia. Telah lama terbentuk jauh sebelum Belanda menginjakkan kaki di Aceh. Kota Banda Aceh menjadi pusat kekuatan kesultanan di masa silam.Â
Belanda takluk di tangan pejuang Aceh dengan memegang nilai-nilai keislaman. Sampai saat ini, nilai-nilai sejarah masa lalu masih bisa dikunjungi, baik itu warisan berbentuk bangunan atau kebudayaan.
Masyarakat Aceh menyambut hari-hari Islam dengan penuh hikmat. Tak terkecuali, hari besar Islam seperti hari raya Idul Adha yang mengajarkan makna berbagi antar sesama lewat anjuran kurban.
Kemanapun rakyat Aceh menetap, mereka tidak sekedar membawa diri, tapi juga nilai-nilai Islam yang diwarisi turun temurun. Nilai-nilai ini hidup dalam individu sebagai warisan yang sangat berharga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI