Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Esensi dan Makna Kurban dalam Perspektif Islam

25 Mei 2025   22:35 Diperbarui: 25 Mei 2025   22:35 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar via https://id.theasianparent.com/syarat-hewan-kurban

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (Al-Kautsar: 1-2).

Kewajiban kurban mesti dipahami dengan baik oleh seorang muslim. Kurban bukan sekedar amalan seremonial yang berulang setiap tahunnya. 

Kurban dalam perspektif islam adalah sebuah amalan dengan hikmah besar.

Dalam surat Al-Maidah ayat 27 tentang kurban, Allah memberi pelajaran tentang arti kurban melalui sebuah contoh berasal dari anak Nabi Adam yaitu, Qabil dan Habil.

"Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, Sungguh, aku pasti membunuhmu! Dia (Habil) berkata, Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa"

Ayat Al-Maidah ayat 27 memberi gambaran perihal memilih hewan kurban yang baik. Habil, yang berprofesi sebagai peternak, mempersembahkan kambing terbaiknya, sedangkan Qabil, yang berprofesi sebagai petani, mempersembahkan hasil panen yang buruk.

Kurban haruslah dimulai dari hati yang bersih dan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kisah Habil mengajarkan kita pada makna kurban dengan ikhlas, merelakan yang terbaik dari yang ia miliki. Sedangkan Qabil sebatas menjalankan anjuran tanpa memahami esensi dari sebuah kewajiban. 

Dalam surah Ash-Shaffat ayat 102, Allah memberi contoh lebih dalam bagaimana Nabi Ibrahim yang bermimpi mendapat perintah untuk menyembelih putranya yaitu, Nabi Ismail.

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insha Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"

Perintah menyembelih Ismail disambut dengan ikhlas oleh Nabi Ibrahim, walaupun ia harus merelakan nyawa putra tersayang. Begitulah makna ketaatan dan keikhlasan yang sesungguhnya.

Ibadah kurban pada hakikatnya mengandung hikmah sangat besar, baik itu sebagai wujud syukur seorang hamba akan nikmat dari tuhannya dan melaksanakan perintah dengan penuh ketaatan tanpa sebuah keraguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun