Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The Rent Collector, Kisah Perjuangan Perempuan dalam Tumpukan Sampah

27 Maret 2023   12:52 Diperbarui: 27 Maret 2023   13:01 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://www.marmaladeandmustardseed.com

Alkisah, di tempat pembuangan Sampah di tepi sungai Stung Meanchey, Phom Penh hiduplah sepasang kekasih, Sang Ly dan Ki Lim. Keduanya memiliki seorang anak perempuan bernama Nisay yang menderita penyakit diare sejak lama.

Nisay berusia 16 bulan, namun tubuhnya tidak seperti usianya. Tulangnya terlihat menekan kulit luar, sangat kelihatan kurus dan lebih sayangnya lagi ia masih belum mampu berbicara. Untuk sekedar berkata "ayah" saja, ia belum terlihat sanggup.

Sang Ly merupakan sosok pibadi kokoh yang kian hari bermimpi untuk merubah nasib. Walaupun tinggal di atas tumpukan sampah, ia tak pernah menyerah untuk keluar dari lautan sampah demi sang buah hati.

Ki Lim juga pemulung, saban hari ia mengais rejeki dengan mencari keberuntungan dalam tumpukan sampah. Uang yang didapat hanya cukup sekedar makan di hari tersebut.

Sebuah dilema bagi mereka kalau setiap saat sang penagih sewa siap datang meminta jatah uang sewa. Dialah Sopeap, seorang perempuan tua yang kerap meminum sake.

Sebenarnya, area seluas 100 hektar ini di kota Kamboja ini tidak layak menjadi hunian. Pegunungan sampah yang mengeluarkan bau busuk adalah tempat bernaung Sang Ly dan keluarga. Tidak ada pilihan lain, nasib membawa mereka kesini.

Rumah Sang Ly hanya beralaskan tanah dengan penutup terpal seadanya. Kala hujan datang, mereka menampung air untuk diminum dan mandi. Begitulah cara penduduk disana bertahan hidup. 

Saat lapar, mereka akan keluar mencari bekicot di tepian tumpukan sampah. Air kubangan tentu saja sebuah anugrah besar bagi Sang Ly dan keluarga. Betapa tidak, ada pasoka makanan disana. 

Kadang tumpukan sampah tidak menghasilkan apa-apa. Alhasil, mereka harus berjalan jauh untuk kembali mencari beras pada tetangga. 

Nisay tidak memiliki nafsu makan. Setiap kali ia mengunyah makanan, keesokan harinya akan ia keluarkan degan bentuk cair berbau. Hari-harinya selalu seperti itu. Tak terhitung berapa kali Sang Ly dan suaminya mencoba alternatif berobat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun