Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Quiet Firing dan Quiet Quitting, Dua Istilah yang Lahir dari Generasi Berbeda

22 September 2022   13:14 Diperbarui: 22 September 2022   13:29 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi quiet firing. Sumber: kompas.com

Perusahaan atau tempat kerja dengan kultur kerja seperti ini biasanya berakhir pada lingkungan kerja yang sama sekali tidak produktif. Kalaupun karyawan bekerja, mereka hanya terdorong karena uang saja, selebihnya biarkan saja seadanya.

Jika keadaan ini terus berlanjut, hanya ada satu solusi: pekerja berhenti atau perusahaan memberhentikan. Kalau perusahaan tidak mempunyai perhitungan yang baik di awal, para pekerja bisa tersudutkan dengan kebijakan pemberhentian sepihak.

Baik quiet quitting ataupun quiet firing, keduanya seperti koin dengan dua arah atau sebilah pedang bermata dua. Masing-masing memiliki argumen dengan sudut pandang sendiri. 

Intinya, keduanya bisa menghadirkan manfaat atau juga mengundang malapetaka jika diterapkan pada konteks yang tidak benar. Para pekerja yang melakukan quiet quitting  bisa berakhir buruk tanpa pertimbangan jelas di awal.

Begitu pula dengan perusahaan yang melakukan quite firing tanpa analisa kualitas kerja karyawan dengan tertruktur. Alangkah baiknya lagi jika perusahaan memiliki standar kerja yang jelas, beban kerja yang terukur dan gaji yang relevan.

Kultur kerja yang baik dalam sebuah perusahaan/organisasi atau apapun bisa menghilangkan kedua istilah yang saya bahas di tulisan ini.  

Pertanyaannya? siapkah kita bekerja dengan baik untuk melayani atau kita lebih suka untuk dilayani? hmmm. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun