Jadi, jikapun ada aturan yang ingin dibatalkan hendaknya orangtua mengumpulkan anak dan anggota keluarga agar semua memahami aturan baru yang hendak diterapkan.
Menerapkan aturan dan konsekuensi dengan konsisten akan menjadikan anak disiplin terhadap apa yang disepakati, sebaliknya jika orangtua dengan gampang tidak menghiraukan saat anak melanggar, maka anak akan belajar ketidaktegasan.
Di sini, peran ayah sangat krusial untuk berlaku tegas bagi anak. Jika diawal sudah sama-sama sepakat tidak membolehkan memakai smartphone, maka apapun kondisinya ayah harus tegas untuk tidak membolehkan.
Jangan hanya karena anak merengek dan nangis, atau karena ibu sedang ada kerjaan lalu dengan gampang membiarkan saja anak lalu berkata "ya udah gapapa, sekali aja ya".
Kalimat seperti ini akan dijadikan senjata bagi anak, sehingga aturan yang dibuat bisa dibatalkan dengan alasan yang mereka buat. Oleh karena itu, orangtua harus konsisten dengan perkataan mereka.
3. Komunikasi
Banyak orangtua yang menganggap anak sudah dewasa lalu jarang membangun komunikasi dua arah dengan anak. Anak dibiarkan sekadar paham saja, lalu orangtua langsung menerapkan aturan.
Seharusnya, jauh sebelum menerapkan aturan anak harus diajak ngobrol bersama dan bicara dari hati ke hati. Kenapa misalnya anak tidak boleh memakai smartphone.Â
Lalu, berikan pengertian yang baik kepada anak efek penggunaan smartphone bagi otak mereka atau kesehatan dengan pemahaman yang mudah dicerna.
Intinya, komunikasi dua arah orangtua dan anak adalah hal penting yang harus dilakukan secara regular setiap harinya. Ajak anak untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan.
Berikan kesempatan kepada anak untuk mengajukan pertanyaan dan meminta bantuan kepada ayah atau ibu jika mereka membutuhkan bantuan kapan saja.Â