Anak yang besar dari rumah dengan gaya asuh authoritarian akan terlihat patuh tapi hanya didepan orangtua saja, tujuannya agar kelihatan sopan kepada orangtua.Â
Jika berada jauh dari orangtua, mereka akan melanggar aturan karena ingin mencoba hal lain yang dirasa lebih mengasyikkan. Mereka juga akan menjadi "liar" karena sudah lama terkekang.
Cemas dan Mudah Menyerah
Rasa cemas ternyata tidak muncul tanpa sebab. Input yang masuk ke otak dari gaya asuh authoritarian menyebabkan bagian amygdala merekam rasa takut yang menjadi pondasi saat anak bereaksi.
Kontrol dan tuntutan orangtua yang begitu ketat menyebabkan otak membentuk database rasa takut dan cemas. Dalam waktu lama perasaan ini akan menjadi kuat dalam pikiran anak.
Akhirnya anak yang terus dituntut untuk bisa sesuai keinginan orangtua menjadi was-was. Apalagi dengan cara berkomunikasi yang terlihat seram, anak akan merekam emosi negatif di dalam otak.
Orangtua yang bertipe authoritarian sangat mudah marah. Alasannya simpel, anak tidak melakukan yang diminta atau anak melanggar apa yang sudah disepakati.Â
Sifat marah dan interaksi yang condong kaku pada gaya asuh ini menyebabkan anak tidak dekat dengan orangtua. Sebabnya karena rasa kasih sayang tidak didapat dengan alami oleh anak.
Lama-kelamaan anak akan menarik diri dari pergaulan dan anti sosial. Sebenarnya sifat anti sosial ini karena rasa takut yang dipancing dari efek gaya asuh orangtua.Â
Anak akan gampang merasa cemas jika diminta melakukan sesuatu yang baru. Mereka takut tidak mampu melakukan dengan baik sehingga mudah menyerah di awal.
Kebiasaan orangtua yang menuntut anak untuk mengikuti keinginan orangtua menyebabkan anak menangkap sinyal ketakutan di dalam otak dan di simpan di amygdala.Â