Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Authoritarian, Gaya Asuh Penyebab Anak Mudah Takut dan Cemas

16 Januari 2022   16:36 Diperbarui: 17 Januari 2022   08:00 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaya asuh authoritarian (otoriter) bisa berdampak buruk pada anak.| Sumber: Freepik via parapuan.co

Authoritarian (otoriter) adalah satu diantara 4 gaya asuh yang memiliki efek negatif bagi anak. Dua ciri khas gaya asuh ini yaitu: (1). Sangat kritis dan mengontrol, (2). Sedikit memuji

Orangtua yang masuk dalam kategori gaya asuh ini condong ingin mendisiplinkan anak dengan menekankan rasa hormat dan tuntutan agar anak tunduk dan patuh kepada orangtua.

Adapun gaya asuh authoritarian juga fokus pada aturan dan hampir tidak memberikan ruang gerak pada anak. Rumah dengan pola asuh ini identik tertutup karena anak lebih banyak berada di dalam rumah.

Apakah saat ini masih ada orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini? Jawabannya tentu saja masih. Meskipun demikian, banyak orangtua yang juga sudah beralih ke gaya asuh lebih fleksibel seperti authoritative dan permissive. Saya akan membahas ini di tulisan lainnya.

Nah, gaya asuh authoritarian ternyata memiliki efek buruk pada anak YAITU MUDAH CEMAS DAN GAMPANG MENYERAH.

Ilustrasi gambar: www.parentingforbrain.com
Ilustrasi gambar: www.parentingforbrain.com

Sifat Otoriter Menyebabkan Anak Terkekang

Diantara beberapa hal yang menjadikan anak terkekang yaitu peraturan yang dibuat orangtua begitu ketat, tuntutan orangtua yang terkadang bertolak belakang dengan keinginan anak, serta kurangnya perhatian ke anak.

Gaya asuh authoritarian mengedepankan tujuan dari yang lain. Anak dituntut untuk fokus pada 'peta' yang sudah disiapkan orangtua. Misalnya, anak harus ikut aturan orangtua, tidak boleh membantah, dan dilarang memilih keinginan sendiri.

Memang sekilas gaya asuh ini punya sisi positif, yaitu anak akan taat pada orangtua dan lebih disiplin. Sayangnya, sifat otoriter dapat berdampak pada sisi psikologis anak.

Anak yang besar dari rumah dengan gaya asuh authoritarian akan terlihat patuh tapi hanya didepan orangtua saja, tujuannya agar kelihatan sopan kepada orangtua. 

Jika berada jauh dari orangtua, mereka akan melanggar aturan karena ingin mencoba hal lain yang dirasa lebih mengasyikkan. Mereka juga akan menjadi "liar" karena sudah lama terkekang.

Cemas dan Mudah Menyerah

Rasa cemas ternyata tidak muncul tanpa sebab. Input yang masuk ke otak dari gaya asuh authoritarian menyebabkan bagian amygdala merekam rasa takut yang menjadi pondasi saat anak bereaksi.

Kontrol dan tuntutan orangtua yang begitu ketat menyebabkan otak membentuk database rasa takut dan cemas. Dalam waktu lama perasaan ini akan menjadi kuat dalam pikiran anak.

Akhirnya anak yang terus dituntut untuk bisa sesuai keinginan orangtua menjadi was-was. Apalagi dengan cara berkomunikasi yang terlihat seram, anak akan merekam emosi negatif di dalam otak.

Orangtua yang bertipe authoritarian sangat mudah marah. Alasannya simpel, anak tidak melakukan yang diminta atau anak melanggar apa yang sudah disepakati. 

Sifat marah dan interaksi yang condong kaku pada gaya asuh ini menyebabkan anak tidak dekat dengan orangtua. Sebabnya karena rasa kasih sayang tidak didapat dengan alami oleh anak.

Lama-kelamaan anak akan menarik diri dari pergaulan dan anti sosial. Sebenarnya sifat anti sosial ini karena rasa takut yang dipancing dari efek gaya asuh orangtua. 

Anak akan gampang merasa cemas jika diminta melakukan sesuatu yang baru. Mereka takut tidak mampu melakukan dengan baik sehingga mudah menyerah di awal.

Kebiasaan orangtua yang menuntut anak untuk mengikuti keinginan orangtua menyebabkan anak menangkap sinyal ketakutan di dalam otak dan di simpan di amygdala. 

Saat dewasa anak akan mengeluarkan sinyal cemas dan takut saat menghadapi keadaan atau kondisi dimana anak diminta untuk melakukan sesuatu, apalagi jika berkaitan dengan orang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun