Jawabannya cuma satu, karena otak menerima input yang berbeda. Setiap anak yang hidup dalam sebuah keluarga pasti memiliki kebiasaan berbeda, ini membuat pola interaksi jelas berbeda. Belum lagi kebiasaan dalam keluarga yang bervariasi.
Input yang diterima otak menjadi sebuah sistem kerja yang disebut brain's wiring system. Sel otak yang dikenal dengan sebutan neuron kalau diibaratkan sama seperti sebuah pohon kecil.Â
Saat seorang bayi mulai melihat dan mendengar segala informasi masuk ke otak dan mulai bercabang layaknya sebuah pohon.
Neuron akan mengirim koneksi sesama neuron yang disebut dengan neural pathways.Â
Nah, koneksi antar neuron ini jika kita ibaratkan seperti saat kita menekan saklar untuk menghidupkan sebuah lampu. Ada arus yang berjalan di dalam kabel sehingga lampu bisa hidup.
Untuk bisa menghasilkan sebuah output, otak harus mengirim koneksi antar neuron sehingga ada reaksi.Â
Uniknya, berbeda dengan sistem kerja sebuah saklar, otak melakukan semua ini tanpa adanya sentuhan. Artinya semua koneksi terhubung berkat adanya synapses.Â
Apa itu synapses? Pernah lihat gardu listrik? Begitulah perumpamaan synapses, ia memiliki fungsi sebagai electrical boxes.Â
Layaknya gardu listrik, synapses adalah tempat di mana semua koneksi berkumpul. Tapi, tunggu dulu, semua koneksi ini baru terhubung berkat bantuan neurotransmitter, yaitu senyawa kimia dalam yang membantu menghubungkan semua pesan di synapses.
Bagamaina luar biasanya Allah menciptakan otak dengan segala sistem kerjanya yang tidak ada bandingan.Â
Di dalam otak ada sistem yang memang sudah Allah tetapkan bekerja tanpa perlu input, contohnya kita bisa bernafas tanpa harus belajar terlebih dahulu.