Menariknya, beberapa bagian otak harus memiliki input agar bisa menghasilkan output.Â
Dalam istilah ilmu otak ini disebut activity-dependent circuits. Semakin sering input didapat, maka semakin kuat koneksi yang dihasilkan. Semua input ini berhubungan dengan semua panca indra.Â
Kembali ke pertanyaan awal, kenapa setiap anak memiliki kemampuan berbeda?
Bukankah sebuah pohon dengan perlakuan berbeda akan menghasilkan buah berbeda?Â
Bagi seorang anak yang baru terlahir, otak belum memiliki input. Di tahap ini otak menyerap informasi melalui panca indra secara bertahap dan menjadikannya input yang kemudian dikeluarkan menjadi output.
Nah, setiap perlakuan, pola interaksi dan komunikasi yang diterima anak akan secara default menjadi input, diproses di neuron, dikumpulkan di synapses, baru kemudian terhubung oleh neurotransmitter.Â
Bayangkan saja jika yang dilihat anak setiap hari hal-hal buruk, cara berbicara yang tidak baik, kebiasaan makan tidak baik, pola tidur tidak beraturan, rumah yang berantakan, kira-kira jenis output bagamaina yang akan dihasilkan dari dalam rumah seperti ini?
Semakin sering seorang anak melihat, mendengar, merasakan pola interaksi dan komunikasi yang sama maka otak akan semakin kuat menghasilkan koneksi antar neuron. Semua input ini akan berakhir menjadi sebuah sumber informasi bagi seorang anak untuk belajar.
Jadi, kenapa seorang anak yang sudah terbiasa dengan pola hidup buruk susah berubah?Â
Alasannya karena koneksi antar neuron yang tersimpan di synapses sudah terhubung kuat. Semakin kuat maka akan semakin sulit dihilangkan.
Lebih mudah dipahami seperti ini, dalam sebuah rumah yang memiliki banyak aliran listrik yang sudah terhubung, untuk mengetahui mana kabel yang menghidupkan lampu tertentu pasti sangat sulit.Â