Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Literasi dari Murid Sekolah Internasional

2 Juli 2021   14:01 Diperbarui: 2 Juli 2021   14:16 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber literasi (DokPri)

Tahun 2014-2015 saya berkesempatan mengajar di sekolah internasuonal. Sekolahnya terletak di kawasan elit Jaksel.

Selama dua tahun. Saya berinteraksi dengan teman-teman guru asing. Kebanyakan dari Filipina dan Kanada.

Muridnya adalah anak-anak dari para ekspatriat. Sebagian anak-anak blasteran. Ibunya pribumi, bapaknya bule.

Saya kebagian tugas mengajar murid-murid blasteran ini. Tugasnya mengajarkan materi pelajaran dengan bahasa Indonesia. Maka saya disebutnya guru 'bahasa'. 

Tapi saya tidak akan bercerita tentang hal itu. Seperti judul tulisan yaitu tentang bagaimana mereka berliteraai.

Terus terang saya banyak belajar dari sana. Terutama dari para murid.

Budaya Literasi

Bagi para murid. Literasi sudah menjadi budaya. Literasi menjadi bagian integral dalam kurikulum.

Semua pelajaran. Math, sains, art, grammar/spelling dan sport. Muaranya adalah literasi. (Mata pelajaran hanya 5 itu saja + bahasa bagi murid tertentu).

Untuk membudayakan literasi. Setiap minggu anak diwajibkan membaca buku minimal 2 judul. Satu fiksi satunya lagi bebas pilih.

Selesai baca murid harus membuat rangkumannya. Bahkan pada akhir semester setiap anak membuat tulisan. Semacam tulisan ilmiah. Minimal 50 halaman dengan buku referensi minimal 2 judul.

Murid-murid antusias mengerjakan tugasnya. Tidak ada keluhan sama sekali. Begitulah buah dari pembiasaan yang konsisten di sekolah internasional.

Hebatnya lagi. Sekolah menyediakan buku-buku yang diperlukan oleh murid. Ibarat kata mau buku apa saja ada. 

Usai sekolah perpustakaan ramai oleh murid-murid. Mencari buku, meminjam atau mengembalikan buku. Semua dikerjakan sendiri oleh murid.

Eits. Jangan berpikiran koleksi buku-buku perpustakaan jadi berantakan. Murid sudah dibiasakan merawat, mengambil san meletakkan buku. Bahkan mencatat peminjaman atau pengembalian buku.

Begitulah. Sekalipun saya hanya sebentar. Dari sanalah saya belajar mencintai buku dan menulis.

Jkt, 020721

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun