Mohon tunggu...
Utris Sutrisna
Utris Sutrisna Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

saya seorang pengajar yang tertarik dengan dunia tulis menulis, pengembangan diri dan motivasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Berbudaya Literasi

17 Maret 2024   12:13 Diperbarui: 17 Maret 2024   12:14 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (voice-teacher.blogspot.com) 

kenapa literasi penting?

Dalam sebuah perjalan menuju sekolah, Abiya sangat asyik mendengarkan cerita sang Ayah. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat antusias mendengarkan, tidak terasa waktu tempuh kurang lebih 15 menit terlewati begitu cepat. Mereka sudah sampai di sebuah sekolah TK swasta. Ya, Abiya baru berusia empat tahun 10 bulan dan dia sangat senang ketika mendengarkan cerita. 

Menariknya dia sudah mampu membaca, menulis serta mampu memahami pertanyaan-pertanyaan logis seperti "Nak, kenapa ya bunglon bisa berubah warna?" kemudian dia menjawab dengan ciri khas gaya anak-anak yang polos, "supaya ga dimakan sama harimau yah" kemudian dia juga bisa bercerita dengan runut dari A sampai Z ketika diminta untuk mencertiakan kegiatan sekolah yang sudah dilakukan.

Secuplik cerita pendek antara ayah dengan anak di atas dapat memberikan sedikit gambaran bahwa kemampuan literasi sangat bisa ditanamkan sejak kecil dan kita juga dapat melihat manfaat yang didapatkan sang anak. Tetapi fakta di lapangan anak-anak Indonesia masih masuk kategori rendah dalam berliterasi (membaca dan menulis).

Jika kita berbicara rendahnya literasi anak-anak Indonesia, kita akan sangat mudah menemukan fakta-fakta yang kurang baik seperti yang disampaikan oleh Pak Chairil Abdini pada artikelnya yang berjudul "Yang harus dilakukan untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia" atau gagasan yang disampaikan oleh bu Ane Permatasari melalui jurnalnya yang berjudul "Membangun Kualitas Bangsa Dengan Budaya Literasi" dan masih banyak lagi yang lainnya. Ini menandakan bahwa permasalahan literasi sebenarnya merupakan masalah besar untuk bangsa ini akan tetapi sepertinya belum mendapatkan prioritas untuk segera diselesaikan dengan lebih serius.

Bisa kita bayangkan seandainya kemampuan literasi anak-anak tidak berkembang atau justru menurun, bagaimana generasi Indonesia 10-20 tahun ke depan? Bagaimana nasib bangsa Indonesia ke depan? 

Padahal menurut Permatasari (2015) Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuan masyarakatnya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan itu di hasilkan oleh seberapa banyak ilmu pengetahuan yang di dapat dari informasi baik secara lisan maupun tulisan. Itu artinya semakin banyak masyarakat yang memiliki semangat untuk membaca maka akan semakin banyak pula ilmu yang diperoleh sehingga akan semakin tinggi juga kualitas peradaban bangsa itu.

Permatasari (2015) juga mengatakan bahwa tidak ada manusia yang sejak lahir sudah literat sehingga untuk membentuk generasi yang literat dibutuhkan proses yang panjang dan salah satu yang bisa mendukung itu adalah dari sekolah. 

Dimana siapapun yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus memiliki komitmen yang kuat untuk membentuk sekolah yang berbudaya literasi karena sekolah merupakan miniatur kehidupan bermasyarakat. 

Jika di sekolah anak-anak sudah dibiasakan untuk membaca dan menulis maka kebiasaan itu juga akan terbawa dilingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya sehingga akan terbentuk juga masyarakat yang gemar membaca dan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun