Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ini Cara Efektif Meningkatkan Kemampuan Literasi di Sekolah

3 April 2024   13:39 Diperbarui: 9 April 2024   00:00 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Suasana perpustakaan di salah satu SD di Langgur, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. (KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU)

Kemampuan literasi dipercaya sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan seorang individu dalam dalam mengembangkan keterampilan lainnya. Dilansir dari laman Direktorat Sekolah Dasar Kemdikbud Ristek, keterampilan literasi diandaikan sebagai keterampilan seseorang untuk menerima, mengolah, serta menyampaikan kembali informasi yang diterimanya. 

Dalam konteks literasi di Indonesia, rendahnya kemampuan literasi dan numerasi merupakan salah satu isu pendidikan yang tengah menjadi perhatian berbagai pihak. 

Masih dari sumber yang sama, Indonesia saat ini dianggap tengah mengalami krisis literasi. Dengan mengutip pernyataan sastrawan Taufik Ismail, bangsa Indonesia saat ini dalam kondisi "Rabun Membaca dan Lumpuh Menulis".

Kemal Seno melalui blog Kompas Muda, membuat kesimpulan tajam bahwa rabun membaca dan lumpuh menulis merupakan dua penyakit yang berhubungan satu sama lain. Rabun membaca, dapat diartikan sebagai malas membaca, mengakibatkan kelumpuhan untuk menuangkan ide secara tertulis. 

Membaca dalam hal ini, bukan sekadar melafalkan kata demi kata atau membunyikan rangkaian kalimat dalam sebuah tulisan secara lisan. Membaca adalah sebuah proses pemahaman terhadap sebuah informasi, menganalisis kelebihan dan kelemahannya, memaknai pesan tersurat maupun tersirat, dan menyampaikan kembali informasi tersebut secara lisan maupun tertulis. 

Selebihnya informasi yang bermanfaat dapat dijadikan rujukan untuk mengambil tindakan atau sikap tertentu dan menganulir informasi yang negatif atau informasi yang bersifat hoaks.

Kehadiran teknologi informasi sejauh ini telah membuat kita dikepung oleh begitu banyak informasi melalui media digital. Kepungan informasi tersebut membuat kita gelisah, marah, tertekan, dan amat mengganggu kondisi psikologis kita. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan kita untuk memilah dan memilih informasi yang berkembang.

Kasus korupsi timah yang membuat kerugian negara hingga mencapi 271 trilyun rupiah merupakan contoh nyata dari betapa parahnya kemampuan kita menerima informasi. 

Akibat kasus itu dua nama selebritis Indonesia, Sandra Dewi dan Dewi Sandra, menjadi dua publik figur yang sering dipertukarkan sebagai bagian dari pusaran korupsi besar tersebut. Rendahnya kecakapan literasi itu membuat begitu marah melampiaskannya secara membabi-buta kepada orang yang tidak bersalah. 

Belajar dari kasus tersebut wajar bangsa besar ini ditempatkan sebagai negara yang memiliki tingkat literasi yang sangat rendah. Kecenderungan kita sejauh ini adalah menerima secara bulat-bulat informasi yang beredar lalu demikian cepat mengambil kesimpulan tanpa pertimbangan yang jernih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun