Jumlah mata pelajaran barangkali turut berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Mereka hanya belajar Math, Grammar, Sains, Social dan Art. Ada pilihan bagi mereka untuk belajar 'Bahasa'.
Saya kebetulan mengajar Bahasa. Tidak dipungkiri sebagian siswa berkebangsaan WNI. Ada juga yang ayahnya bule dan ibunya warga negara Indonesia. Makanya perlu diajarkan mapel dalam bahasa Indonesia.
Kedua, literasi adalah suatu keharusan.
Membaca dan menulis ditanamkan sejak masa anak-anak. Di tempat saya mengajar tiap minggu anak-anak diwajibkan membaca sejumlah buku sesuai dengan jenjang kelasnya.
Bukan sekedar membaca. Mereka diharuskan membuat semacam resensi. Jumlah halaman rangkumannya pun ditentukan. Bahkan pada tiap akhir semester setiap anak wajib menulis.
Tulisan harus disertai dengan daftar buku bacaan atau rujukan. Jumlah halaman dan banyaknya buku bacaan ditentukan sesuai dngan kelasnya pula.
Ketiga, respect yang tinggi.
Tidak ada kamus basa-basi bagi orang bule. Keterbukaan senantiasa dikedepankan. Terus terang sebagai orang Jawa saya salut. Bagi sebagian masyarakat masih terikat kepada unggah-ungguh dalam berperilaku.
Bule-bule itu membuat saya terkesan. Sekedar ingin mendengarkan musik untuk dirinya sendiri saja mereka meminta ijin. Apakah boleh menyetel musik?Â
Kalau sudah ada tulisan alas kaki harap dilepas apabila masuk ke labolatorium. Pasti mereka akan dengan sukarela melepaskan sepatu sekali pun tidak ada orang lain. Apalagi bila ada tulisan dilarang merokok!
Satu lagi yang sampai saat ini masih melekat dalam ingatan saya. Ketika ada pesta makan-makan pada akhir semester. Semua siswa membawa makanan dari asal negaranya.