Namun sampai di Pekanbaru, Ika terkena demam tinggi. Tiga hari tiga malam Ika tidak dapat tidur. Ika hanya selalu meneriakkan kata-kata Bunda, setiap saat Ika sempat terbangun. Setia pasrah, karena bujukan Tante Adelia, supaya Sophiewi datang ke Pekanbaru tidak dipenuhi. Akhirnya Setia langsung menelpon Sophiewi. Setia terkejut ketika mendengar jawaban Sophiewi:
Kenapa kamu tidak mengejarku saat kita bertemu di kampus STIE. Saat kamu panggil aku dengan Syala. Kenapa harus aku yang mengikutimu pergi ke Gudeg Yu Jum. Kenapa harus aku yang mencoba mencari perhatian dengan laki-laki yang nggak punya keberanian mendekati aku wanita jomblo ini.
Aku sudah tidak percaya lagi dengan perhatian laki-laki kepadaku. Termasuk kamu Setia. Bukankah yang kau ingat hanya Syala!"
Setia terduduk lemas, ketika mendengar jawaban Sophiewi. Astagfirullah, apa yang salah dalam hidupku, ya Allah. Kasihanilah putriku Ika, lirih Setia berdoa.
----
"Setia!" seru Tante Adelia, pagi itu, sambil berlari masuk ke ruangan Ika. Setia menunggii Ika, semalaman di rumah sakit.
"Bawa Ika ke bandara. Sophie sebentar lagi mendarat." kata Tante Adelia bersama dokter Reynaldi.
Tanpa pikir panjang Setia pun menggendong Ika, untuk dibawa ke bandara. Kali ini dokter Reynaldi yang membawa mobil. Tante Adelia duduk di kursi depan. Setia bersama Ika duduk di bangku tengah. Madis dan Ikmal duduk di bangku belakang Mobilio. Seluruh keluarga Setia lengkap menjemput Sophie ke Bandara. Tidak lupa dokter Reynaldi menghidupkan musik di mobil.Dokter Reynaldi memutar lagu Misteri Illahi dari Ari Lasso.
Aku masih disini
Mendekap hampa di hati
Yang hingga kini menghantui